LITERASI KELUARGA : MENUMBUHKAN READING FOR PLEASURE DAN MENURUNKAN FATHERLESS GENERATION MELALUI PERAN AYAH DAN PERAN PERPUSTAKAAN

Rabu 20 Maret 2024 BAHASA “Bahas Apa Saja” hadir dengan topik Menumbuhkan Reading for Pleasure dan Menurunkan Fatherless Generation melalui Peran Ayah dan Peran Perpustakaan dengan mendatangkan dua narasumber yaitu Hestia Istiviani founder komunitas @bacabareng.sbc dan Agus Rahmat Hidayat co-founder AyahASI Indonesia.

Reading for pleasure dalam buku Membaca, Gaya hidup dan kapitalisme yang ditulis oleh Prof. Rahma Sugihartati adalah aktivitas membaca yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa ada beban untuk melaporkan seperti halnya tugas membaca di sekolah. Reading for pleasure ini memiliki pengaruh positif diantaranya terbukti mendorong peningkatan kemampuan literasi, penguasaan kosa kata menjadi lebih banyak dan prestasi akademik siswa di sekolah juga ikut meningkat. Menurut Hestia reading for pleasure bisa tumbuh karena anak difasilitasi oleh orang tua, misalnya penyediaan bahan bacaan, meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas membaca bersama-sama dan mengenalkan perpustakaan/tempat baca sejak dini. Reading for pleasure nantinya akan menjadikan individu menjadi pembaca sepanjang hayat. 

Apa yang dapat dilakukan oleh orang tua terutama ayah untuk menumbuhkan reading for pleasure? Menurut Agus Rahmat Hidayat ada beberapa hal yang bisa ayah lakukan:

1. Bantu anak kenali kata-kata sekitar untuk pelajari ejaan dan kosakata baru.

2. Interaksi aktif saat membaca, ajukan pertanyaan untuk kuatkan hubungan.

3. Buat cerita bersama anak, dengarkan cerita mereka, dan pilih buku sesuai minat.

4. Gunakan aplikasi literasi untuk anak di smartphone atau tablet. 

Apa yang terjadi jika ayah terlibat?

1. Keterlibatan positif ayah saat bermain dengan anak meningkatkan kemampuan membaca dan kosa kata anak-anak.

2. Bacaan antara ayah dan anak meningkatkan perkembangan bahasa anak karena interaksi langsung. Interaksi melalui layar tidak efektif untuk bayi dan balita. 

Sebaliknya jika ayah tidak terlibat maka anak akan menjadi fatherless generation yaitu fenomena ketika tidak terdapat peran ayah dalam kehidupan seorang anak. Terkadang keluarga tersebut utuh tetapi peran ayah tidak ada. Yang perlu disadari bahwa fatherless bukan berarti tidak adanya peran ayah secara fisik, tetapi tidak adanya peran ayah dalam pengasuhan anak. Namun beberapa hambatan muncul ketika ayah mulai terlibat dalam pengasuhan dan urusan domestik. Terkadang tanpa disadari, istri atau pihak keluarga tidak mendukung ayah untuk turut berperan dalam urusan rumah tangga dan pengasuhan anak. Karena perbedaan cara mengurus pekerjaan rumah serta tidak percaya jika laki-laki bisa mengasuh anak/mengurus rumah. 

Lalu apa yang dapat dilakukan:

1. Berikan ayah waktu kebijakan cuti melahirkan, fleksibiltas datang ke kantor untuk mengurus anak/istri.

2. Berikan ayah akses sediakan ruang belajar yang aman dan nyaman untuk laki-laki belajar.

3. Beri ayah kepercayaan untuk terlibat dan hargai cara yang ayah lakukan. 

Rahmat melanjutkan jika ada keluhan atau komplain yang ingin disampaikan kepada ayah, sampaikan dengan teknik i-message. Misalnya, ayah seharian ini aku capek banget soalnya harus beberes sambil gendong adek. Aku belum sempet makan dan istirahat. Tolong ayah jaga adek dulu ya, aku mau makan sama istirahat.” Komunikasi yang baik antara ayah dan ibu akan memberikan dukungan positif bagi ayah. 

Adapun perpustakaan sebagai pusat informasi dapat mendukung orang tua untuk menumbuhkan minat baca pada anak dan mendukung kegiatan komunitas  dengan beberapa hal sebagai berikut:

1. Menyediakan ruang yang nyaman bagi anak dan komunitas untuk berkegiatan di perpustakaan, misalnya dengan menyediakan ruang perpustakaan yang dingin dan dengan desain interior yang menarik.

2. Menyediakan bahan bacaan yang sedang populer atau menjadi trending topic di media sosial.

3. Menyelenggarakan event yang bersifat hiburan di perpustakaan.

4. Menyediakan snack atau makanan ringan.

5. Kegiatan lain yang sifatnya menyenangkan.

Leave a Comment