OPTIMALISASI PEMANFAATAN NASKAH NUSANTARA KOLEKSI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI SEBAGAI UPAYA MEMELIHARA WARISAN INTELEKTUAL ULAMA INDONESIA

Luthfiati Makarim[1]


luthfiati@perpusnas.go.id

luthfiatimakarim@gmail.com

[1] Koordinator Substansi Pengelolaan Naskah Nusantara, Perpustakaan Nasional RI.

Warisan intelektual ini (naskah kuno) adalah kunci untuk memahami masa lalu
dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan manusia terkait masa depan
(These heritage (manuscripts) are the key to understand the past,
and answer the questions of our future) (anonim)

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga pemerintah yang bertugas membantu Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perpustakaan. Perpustakaan Nasional RI juga merupakan wahana pelestari kekayaan budaya bangsa sebagai salah satu upaya untuk memajukan kebudayaan nasional. Terdapat enam pasal dan sembilan ayat dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, terkait identifikasi, penyimpanan, pemanfaatan, perawatan, dan digitalisasi naskah kuno nusantara. Naskah kuno atau manuskrip (sering juga disebut dengan istilah naskah nusantara) merupakan salah satu dari 10 objek pemajuan kebudayaan, sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Naskah kuno merupakan dokumen yang ditulis pada masa berpuluh tahun bahkan berabad lampau. Usia naskah kuno umumnya berkisar ratusan tahun hingga beberapa abad. Isi dari naskah kuno dapat berupa teks, gambar, atau simbol yang membahas atau menceritakan tentang sejarah, filsafat, ilmu pengetahuan, seni, bahkan juga ramalan. Naskah kuno dapat menjadi sumber informasi penting bagi kita yang hidup di masa kini untuk memahami kehidupan orang-orang, masyarakat, dan peradaban suatu bangsa di masa lampau, termasuk bagaimana mereka berpikir dan bertindak. Informasi atau isi dalam naskah kuno, yang seringkali ditulis dalam aksara langka, memberikan kita wawasan dan informasi tentang bagaimana peradaban berkembang selama berabad-abad, termasuk informasi tentang peran ulama Indonesia dalam membangun peradaban Islam dan perdamaian dunia.

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, pada hari Kamis tanggal 22 Desember 2022, menyelenggarakan Seminar Nasional Warisan Intelektual serta Kontribusi Ulama Indonesia terhadap Peradaban Islam dam Perdamaian Dunia di Grand Ballroom Masjid Nasional Al-Marwah, Surabaya. Nara sumber seminar nasional ini adalah Koordinator Substansi Pengelolaan Naskah Nusantara, Perpustakaan Nasional RI: Luthfiati Makarim, S.S., M.M, Ketua Nahdlatut Turots, Pondok Pesantren Caga’an, Bangil, Pasuruan: Ahmad Kholily Kholil, Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya: Dr. Hammis Syafaq, Lc., M.Fil.I, dan guru besar Universitas Islam Negeri K.H. Ahmad Shiddiq, Jember: Prof. Dr. H. Abdul Halim Soebahar.

Khazanah warisan keilmuan ulama Indonesia tersimpan dalam karya-karya mereka. Karya berupa pemikiran mendalam ulama Indonesia yang manfaatnya melampaui usia fisik mereka hingga menjangkau wilayah global. Karya-karya mereka tersimpan dalam naskah-naskah kuno nusantara yang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI, pesantren-pesantren yang tersebar di wilayah Jawa Timur dan wilayah Indonesia lainnya, juga naskah-naskah kuno yang masih banyak tersimpan di tangan masyarakat dan di luar negeri. Salah satu yang menarik adalah informasi yang disampaikan oleh Ahmad Kholily Kholil tentang jaringan keilmuan ulama Indonesia dengan ulama global.

Ulama Indonesia dikenal sebagai The Smiling Islam. Relasi ulama Indonesia pada masa Rasulullah saw hingga abad 20 dapat ditemukan dalam naskah-naskah kuno, antara lain kisah tentang Pedang Qala’i dan Sriwijaya, kamper dan Barus yang merupakan nama kota. Selanjutnya relasi ulama Indonesia di masa pertengahan, yaitu setelah abad 10 Masehi, terdapat Mas’ud Al-Jawi yang merupakan Guru Sufi Yaman di abad 13. Lalu ada Hamzah Fanshuri serta pengaruhnya di Makkah. Ia menguasai empat bahasa, yaitu bahasa Melayu, Parsi, Urdu, Arab. Hamzah Fanshuri juga dikenal sebagai pelopor syair modern. Naskah kuno syair Hamzah Fansuri tersimpan di ruang penyimpanan koleksi naskah nusantara Perpustakaan Nasional RI dan dapat diakses oleh masyarakat, baik fisiknya maupun digitalnya melalui KHASTARA (perpusnas.go.id). Naskah kuno syair Hamzah Fansuri juga telah ditetapkan oleh Perpustakaan Nasional di tahun 2022 sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON) dan sedang diajukan ke UNESCO untuk menjadi Ingatan Dunia atau Memory of the World.

Selain Hamzah Fansuri, ada juga Sunan Gunung Jati dan Zakariya al Anshari. Sedangkan pada masa mutakhir atau abad 20 ini, terdapat Syaikh Yusuf al Makasari, potret santri kelana, Arya Wangsakara yang pergi haji, Arsyad Al-Banjari dan pemintaan fatwanya, serta Kyai Khalil Bangkalan dan hubungan guru-murid Jawa Hijaz yang menunjukkan terjadinya transmisi keilmuan antara beliau dengan ulama di Mekkah. Ulama-ulama Indonesia tersebut memberi pengaruh luas dalam peradaban Islam dan perdamaian dunia melalui gerak dan pemikiran mereka yang tersimpan dalam kitab atau naskah kuno.

Kemampuan ulama Indonesia berkontribusi dalam peradaban Islam dan perdamaian dunia ternyata berdasar pada pemikiran mendalam mereka atas nilai-nilai dan ajaran Islam sehingga mampu melahirkan strategi moderasi keberagamaan. Strategi moderasi keberagamaan mendukung penerapan nilai-nilai Islam yang damai, bukan dengan kekerasan. Salah satu prinsip pentingnya adalah persaudaraan sebagai bangsa dan persaudaraan sebagai sesama manusia. Hal ini dijelaskan oleh Prof. Dr. H. Abdul Halim Soebahar, guru besar Universitas Islam Negeri K.H Ahmad Shiddiq, Jember sebagai nara sumber ke-2.

Warisan intelektual Islam ini menghadapi tantangan peradaban modern, sebagaimana yang disampaikan oleh Scott Gordon dalam bukunya The History and Philosophy of Social Science. Ia menjelaskan bahwa segala sesuatu mengalami perubahan. Hal ini diamini oleh cendekiawan muslim Azizi al-Azmeh. Ia menuliskan dalam bukunya Islam dan Modernitas bahwa perubahan itu didominasi oleh peradaban barat sehingga muncul tantangan modernitas yang dihadapi oleh intelektual Islam. Dalam paradigma modernitas barat, hal yang ilmiah itu adalah yang empiris dan rasional. Hal-hal yang bersifat metafisik ditolak. Padahal para cendekiawan muslim di abad keemasan Islam mewariskan intelektualitas Islam yang menggabungkan hal-hal saintifik dengan metafisik sehingga bersifat lebih holistik atau menyeluruh dan tidak memisahkan antara sains dengan metafisik. Hal ini dijelaskan oleh narasumber ke-3, Dr. H. Hammis Syafaq, Lc., M.FIL.I.

Penjelasan ketiga nara sumber menunjukkan adanya benang merah warisan intelektual ulama Indonesia yang berkontribusi membentuk peradaban bangsa Indonesia. Informasi tersebut seluruhnya tersimpan di perpustakaan. Perpustakaan jelas menjadi aktor aktif dalam membangun peradaban bangsa. Namun, Perpustakaan Nasional tidak bisa sendirian. Diperlukan dukungan seluruh pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, komunitas, serta seluruh elemen masyarakat untuk mengidentifikasi, mendaftar, melestarikan naskah-naskah kuno nusantara untuk diinformasikan dan didiseminasikan isinya ke masyarakat luas.

Rekomendasi dari seminar nasional Warisan Intelektual serta Kontribusi Ulama Indonesia terhadap Peradaban Islam dam Perdamaian Dunia adalah diselenggarakan kelas-kelas pengkajian naskah kuno oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur maupun Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten/Kota di Jawa Timur, bekerjasama dengan pesantren-pesantren, diikuti dengan lomba-lomba pemaknaan isi naskah kuno dan kegiatan lain yang bersumber dari pemanfaatan naskah kuno nusantara.

Rasa memiliki bangsa Indonesia terhadap warisan sejarah dan intelektual bangsanya yang tersimpan dalam naskah nusantara perlu secara gencar dan terus-menerus disampaikan kepada masyarakat agar masyarakat memiliki rasa keterkaitan (relate) dengan naskah nusantara. Konsep ini yang diterapkan oleh Perpustakaan Nasional Singapura atau biasa disebut National Library Board (NLB).

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, negara Singapura terdiri dari beragam suku bangsa. Mereka hidup bersama dan menjadi warga negara Singapura. Untuk membangun kerekatan dalam masyarakat, pemerintah Singapura melalui NLB membuat program Roots, yaitu mengumpulkan sumber-sumber silsilah seluruh suku bangsa di Singapura yang dapat menjadi pengetahuan bagi warganya untuk mengenali asal-usul dirinya, silsilah keluarga dan nenek moyangnya sehingga terbangun rasa keterkaitan (relate) masyarakat Singapura yang berasal dari beragam suku bangsa. Dengan demikian, perpustakaan dapat berperan aktif dalam membangun kerekatan dan kesatuan bangsa serta memperkuat jati diri bangsa Indonesia melalui beragam progam inklusif di perpustakaan.

Perpustakaan Nasional RI memiliki program inklusi sosial sejak tahun 2019. Di masa datang, dapat dirancang kegiatan inklusi sosial berbasis naskah nusantara. Perpustakaan Nasional RI memiliki jumlah koleksi naskah nusantara yang memadai. Per Desember 2022, terdapat 12.358 judul naskah nusantara. Naskah tersebut terdiri dari 10.221 judul naskah bermedia kertas, 1.911 judul naskah bermedia lontar, 15 judul naskah bermedia gebang, 34 judul naskah bermedia kulit kayu, 68 judul naskah bermedia kayu, 108 judul naskah bermedia bambu, dan 1 judul naskah bermedia rotan. Keseluruhan naskah terdiri dari 19 aksara, mulai dari aksara arab hingga aksara ulu.

Terdapat sembilan kegiatan pada Koordinator Substansi Pengelolaan Naskah Nusantara, Perpustakaan Nasional RI, dengan dua kegiatan di antaranya merupakan prioritas nasional (PN) di tahun 2022. Prioritas nasional adalah arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional yang dituangkan ke dalam dokumen Prioritas Nasional (PN). Prioritas nasional merupakan agenda pembangunan yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Tahun 2020–2024 dan tetap dipertahankan pada rencana kerja pembangunan (RKP) tahun 2022 sebagai koridor pencapaian tema, arah kebijakan dan strategi pembangunan (Andi Aidil Pratama, 7 PRIORITAS NASIONAL DALAM RANCANGAN KERJA PEMERINTAH TAHUN 2022 | BBPPKS Makassar (kemensos.go.id). Kesembilan kegiatan Koordinator Substansi Pengelolaan Naskah Nusantara, Perpustakaan Nasional RI, tahun 2022 adalah layanan pemanfaatan dan pendayagunaan koleksi naskah nusantara, Pusat Unggulan Naskah Nusantara (PUSAKA) di enam provinsi, yaitu Bali, Jambi, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara, sebagai prioritas nasional pertama. Selanjutnya kegiatan alih aksara, alih bahasa, dan pengkajian sebagai prioritas nasional ke dua.

Kegiatan ke empat adalah Pendaftaran, verifikasi, dan penghargaan untuk pemelihara naskah kuno nusantara yang telah terlaksana di empat titik, yaitu Bali, Banten, Kerinci – Jambi, dan Sumatera Barat. Selanjutnya Pemilihan Naskah Nusantara untuk Ingatan Kolektif Nasional (IKON) dan Dunia (MoW), Jurnal Ilmiah Manuskrip Nusantara (JUMANTARA) terbit dua kali dalam setahun dengan peringkat SINTA 3 dan sedang diproses untuk menjadi SINTA 2. Kegiatan ke tujuh adalah Diskusi Terpumpun (focus group discussion) Penelitian Naskah Nusantara, Workshop Aksara Jawa, dan Penelitian Residensial Naskah La Galigo dan Syair Hamzah Fansuri di Leiden University. Di tahun 2023, direncanakan akan dilaksanakan 11 kegiatan yang sebagiannya merupakan kelanjutan dan kesinambungan kegiatan tahun 2022. Salah satu kegiatan penting yang direncanakan akan dilaksanakan di tahun 2024 adalah Festival Naskah Nusantara.

Festival Naskah Nusantara merupakan kegiatan kebudayaan yang meng-expose budaya daerah-daerah di Indonesia melalui kegiatan pameran, seminar, dan lainnya. Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando, menyatakan bahwa esensi perpustakaan adalah kemampuannya mengeksplorasi, mendiseminasi, dan menyajikan sejarah perjalanan sebuah peradaban yang direkam dalam berbagai medium yang disebut manuskrip. Dunia ini memang sangat gelap tanpa sejarah dan manuskrip itu sendiri adalah warna warni dan corak daripada sejarah itu sendiri (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi – Festival Naskah Nusantara IV: Relevansi, Kontekstualisasi, dan Aktualisasi Nilai-Nilai Kearifan dalam Naskah Nusantara (menpan.go.id). Pernyataan tersebut disampaikan beliau saat membuka Festival Naskah Nusantara ke-IV di Auditorium Gedung Layanan Perpustakaan Nasional RI, Jakarta.

Pemanfaatan dan pendayagunaan koleksi naskah nusantara memiliki lima aspek layanan yang merupakan pelaksanaan Perpustakaan Nasional RI terhadap amanat Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Lima aspek tersebut adalah fasilitas dan layanan publik bagi masyarakat luas untuk belajar sepanjang hayat, berfungsi sebagai perpustakaan rujukan, penelitian, pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan. Dengan demikian, Perpustakaan Nasional berkontribusi secara aktif dalam memajukan kebudayaan nasional melalui:

  1. Kerjasama erat dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan provinsi dan kabupaten/kota untuk secara pro-aktif mendaftarkan naskah kuno di wilayahnya;
  2. Pemerintah terkoneksi dengan pemilik naskah kuno nusantara melalui pendampingan dan edukasi masyarakat;
  3. Implementasi isi naskah kuno nusantara dalam pengembangan pengetahuan dengan memanfaatkan naskah kuno nusantara sebagai sumbernya;
  4. Ruang publisitas bagi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan provinsi dan kabupaten/kota dalam mendiseminasikan isi naskah kuno nusantara kepada masyarakat. Hal ini menjadi prestasi tersendiri dalam penilaian kinerja Dinas Perpustakaan dan Kearsipan provinsi dan kabupaten/kota;
  5. Naskah kuno nusantara merupakan sumber pengetahuan yang mendukung transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa naskah nusantara memegang peranan penting dalam memahami warisan intelektual ulama Indonesia. Dengan mempelajari naskah nusantara, kita dapat mewarisi intelektualitas dan peran ulama Indonesia dalam membentuk dan membangun peradaban Islam di Nusantara serta turut berkontribusi dalam perdamaian dunia.

Leave a Comment