Kegiatan mendongeng atau storytelling memberikan banyak manfaat bagi perkembangan anak diantaranya dapat membangkitkan minat baca anak, kecerdasan emosional anak serta mengembangkan daya imajinasi anak. Pada hari Sabtu, 27 Februari 2016 diadakan “Parents Discussion dan Mendongeng” bertempat di ruang dongeng anak Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, Jalan Menur Pumpungan 32 Surabaya yang diselenggarakan oleh CAN (Cochlear Awareness Network) Jawa Timur dan PT. Kasoem Hearing Center Surabaya yang bekerjasama dengan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Provinsi Jawa Timur, dan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Provinsi Jawa Timur. . Kegiatan yang dimulai pukul 09.00 hingga 12.00 WIB ini diikuti oleh lebih 100 orang yang terdiri dari anak anggota CAN (perkumpulan para Orang Tua dengan anak-anak yang mengalami Permasalahan Pendengaran), penggiat literasi Kota Surabaya, pemerhati anak penyandang disabilitas, dan masyarakat umum.
Kegiatan ini “Parents Discussion dan Mendongeng” bertujuan membangkitkan minat baca dan daya komunikasi anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran serta memberikan motivasi orang tua yang mempunyai anak dengan gangguan pendengaran. Peserta anak dengan gangguan pendengaran berusia 2-10 tahun. Pada dasarnya ana-anak tersebut sudah bisa mendengar dengan alat bantu dengar, tinggal melatih kepekaannya dengan mendengarkan dongeng dan selalu berlatih membaca. Peserta kebanyakan berasal dari Surabaya dan sekitarnya ada pula yang berasal dari Kabupaten Blitar.
Kegiatan ini berupa mendongeng yang didongengkan oleh pendongeng Ki Heru Cokro yang seoarang tuna netra serta diskusi dengan tema “Pentingnya Membaca dan Dongeng untuk Anak” yang disampaikan oleh narasumber Rizki Lukitasari, S.Psi. Ki Heru Cokro yang seorang Tuna Netra mendongengkan beberapa cerita yang menarik, komunikatif, serta mempunyai pesan moral yang mendalam bagi anak-anak serta berbagi kisah hidupnya kepada orang tua mereka. Keterbatasan yang dialami bukan penghalang bagi seseorang untuk maju dan berprestasi. Selain itu Ki Heru Cokro juga berpesan kepada orang tua yang memiliki anak-anak dengan gangguan disabilitas ini agar tetap bersabar dan menyayangi buah hati mereka.
Sedangkan dalam diskusi yang disampaikan oleh Rizki Lukitasari, S.Psi. banyak diisi tanya jawab dari orang tua tentang bagaimana cara mendongeng dan berkomunikasi dengan buah hati mereka. Diskusi yang dikemas secara non formal dan tetap menarik sangat memberikan motivasi dan semangat baru bagi orang tua orang tua yang memiliki anak-anak dengan gangguan disabilitas bahwa anak-anak mereka merupakan anak-anak hebat yang juga mampu berprestasi. (Wahyu Dian Pramana)(who)