LITERASI COVID-19 DIPERLUKAN AGAR MASYARAKAT BIJAK INFORMASI

Covid 19 membuat segalanya berubah, selain dampak kesehatan, muncul juga dampak-dampak lain, dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dampak itu mulai dampak ekonomi, sosial, budaya. Bahwa dalam rangka meminimal resiko penularan perlu kerjasama semua pihak agar virus ini terkendali. Ada beberapa strategi yang dapat diambil dalam meminimal resiko wabah covid19 ini antara lain adalah mempercepat vaksin atau senantiasa berusaha keras memutus mata rantai penularan virus dengan menerapkan 3 M (menggunakan masker, Mencuci tangan, menjaga jarak). Berhasil atau tidak nya penerapan 3 M ini tidak hanya tergantung pemerintah melainkan harus kerjasama semua pihak. Sudah hampir 10 bulan kita bergelut dengan covid 19, belum ada tanda-tanda covid akan berakhir, bahkan cendrung meningkat dari hari ke hari, yang membuat rakyat menjadi putus asa, selain kasus yang terus meningkat, vaksin yang belum tersedia, ekonomi rakyat sudah babak belur, penantian yang membosankan, semua serba tidak pasti, perlu ada informasi yang cepat dan tepat melalui berbagai media untuk selalu mengedukasi masyarakat agar tidak lengah.

Hingga hari ini 5 Desember 2020 sudah ada 569.707 orang di indonesia positif corona, Peningkatan kasus corona melonjak tajam pada 1 minggu terakhir ini, peningkatan ini berbanding lurus dengan menurunnya kekuatiran dan kedisiplinan sebagian besar masyarakat, dengan berbagai alasan sebab. Ditambah lagi masifnya berita-berita hoax tentang covid-19.

Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi jika kita memiliki budaya literasi yang baik, khususnya budaya literasi covid-19 yakni kemampuan mengetahui apa sebenarnya Covid-19, memahami bagaimana sebaiknya kita menyikapinya, merefleksikan hikmah dibalik pandemi ini, serta mempraktekkan kehidupan yang lebih cerdas, kritis, serta penuh empati, dan humanis selama masa pandemi.

Apa yang perlu diketahui dari covid 19 ? tentu ada banyak hal, namun setidaknya kita membaca secara mendalam atau mendengar dari berbagai sumber yang terpercaya secara mendasar bahwa covid 19 adalah salah satu virus yang bahaya dan mematikan sehingga harus dicegah, dihindari dan diobati jika terlanjur terpapar. Namun kita tidak perlu takut berlebihan menyikapinya,

Setelah memahami  informasi yang jelas tentang covid-19 tentu akan memudahkan mengetahui bagaimana sebaik nya menyikapinya, hemat saya, sikap yang perlu kita kedepankan adalah pertama tidak panik dan gunakan nalar kritis dalam melihat, mendengar, dan membaca informasi tentang covid-19 kedua, mencari tau secara mendalam bagaimana cara mencegah , menghindar, dan mengobati jika ada gejala atau bahkan jika positif. Ketiga, tetap ramah, peduli, dan empati pada dokter, tenaga medis, pekerja harian, yang tidak bisa tinggal dirumah termasuk pada pasien covid-19.

Selanjutnya proses literasi adalah merefleksikan konsep atau kejadian langsung yang kita hadapi untuk menemukan hikmah dibaliknya. Dalam konteks literasi covid-19 sebetulnya ada banyak hikmah yang bisa kita ambil. Hampir seluruh manusia didunia mengalami pandemi, namun tak semua orang punya kemampuan merefleksikan pengalaman yang dijalaninya.

Hal-hal yang bisa difefleksikan dalam menghadapi pandemi antara lain memahami bahwa masa pandemi adalah moment untuk meningkatkan kualitas diri kita sebagai manusia dengan berbagai tantangan, seperti belajar mengelola kesehatan, pikiran, emosi, dan mental agar tetap positif, lebih produktif, dan kreatif, dalam berkarya, sebab banyak waktu mengasah ide dan keterampilan. Dimasa pandemi, kita juga cendrung lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Lebih mengenal kekurangan dan kelebihan diri yang mungkin selama ini belum terungkap. Termasuk lebih menyayangi diri sendiri, keluarga, teman dan lingkungan. Begitulah cara kerja literasi dalam membentuk generasi yang literat, yaitu orang-orang yang cerdas dan berbudi pekerti yang luhur. Karena itulah mengapa literasi covid-19 dimasa pandemi ini sangat penting.

Lalu bagaimana menggelorakan budaya literasi ditengah pandemi ? kita dapat memaksimalkan proses edukasi literasi melalui platform media sosial. Pemerintah dan masyarakat dapat besinergi, LSM penggiat literasi dapat mengusulkan ke Kementrian pendidikan agar mewajibkan siswa membaca dan menulis pengalaman mereka sehari-hari selama pandemi. Perpustakaan umum dan khusus perlu memasifkan lomba baca, tulis, dan vidio-vidio kreatif yang berisi pesan edukatif.

Bahwa untuk menghindari berita-berita bohong di media sosial, kita semua harus bijak dalam menerima informasi, apalagi dalam meneruskan informasi yang belum tentu kebenarannya diperlukan cek dan ricek dan dipastikan berita-berita yang kita share benar-benar berita yang sesuai fakta. Melalui tulisan ini kami menyarankan pada pemangku kepentingan bidang pendidikan agar mewajibkan siswa membaca dan menulis pengamatannya mengenai covid-19, agar tidak mudah menerima informasi bohong atau senantiasa berfikir kritis jika mendapat informasi yang tidak benar, sebagai contoh berkembang di masyarakat bahwa isu covid-19 itu hanya isu yang dikembangkan para elit dunia, padahal mereka-mereka sebenarnya adalah orang terpelajar, namun masih dapat dipengaruhi oleh informasi hoax dan menyesatkan.

Leave a Comment