DAMPAK PANDEMI COVID19 TERHADAP KUNJUNGAN PERPUSTAKAAN DI JAWA TIMUR

Saat ini hampir seluruh penjuru dunia manusia diliputi perasaan mencekam, akibat wabah penyakit yang dikenal dengan istilah covid19 (corona virus disease 19). Virus in pertama kali muncul di kota wuhan provinsi hubai negara RRC, dan saat ini sudah menyebar keseluruh penjurudunia, dan WHO menetapkan wabah ini sebagai pandemi global pada tanggal11 Maret 2020. Jutaan manusia terpapar oleh covid19, setidaknya ada 18.431.820 juta orang terinfeksi virus yang menyerang saluran pernafasan tersebut, sementara jumlah korban jiwa mencapai 696.751 dan yag dikabarkan sembuh tercatat 11.660.193 orang, data per 3/8/2020.

Sedangkan di Indonesia sendiri jumlah orang yang positif covid19 adalah 113.124 orang, korban meninggal mencapai angka 5.302 orang, dan yang sembuh mencapai 70.237 orang (dataper 3/8/2020). Sedangkan untuk Jawa Timur yang positif covid19 tercatat 22.082orang, meninggal 1.741 orang, dan yang sembuh mencapai 15.534 orang (3/8/2020).

Penularan virus ini melalui kontak antar manusia yang sulit diprediksi karena kegiatan sosial yang tidak bisa dihindari merupakan penyebab terbesar menyebarnya covid19 ini, yang menyebabkan kematian yang cukup tinggi, rumah sakit dan para tenaga medis sampai kewalahan menangani pasien, sehingga banyak pasien  yang tidak ditangani dengan baik. 

Minimnya persediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan (nakes)  yang dapat berakibat para nakes dapat tertular sehingga banyak dokter maupun perawat yang meninggal dunia akibat terpapar covid19.

Rumitnya penanganan covid19 ini membuat para pemimpin dunia termasuk indonesia menerapkan sosial distancing ketat, stay at home, Work From Home (WFH) yang berakibat buruk terhadap berbagai macam aspek kehidupan manusia.

Pembatasan Interaksi Sosial masyarakat dapat menghambat laju pertumbuhan dan kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, namun tidak ada pilihan lain, karena cara ini dianggap yang paling effektif.

Kebijakan Social distancing berakibat fatal terhadap roda kehidupan manusia, masalah ekonomi yang paling terasa dampaknya, karena hal menyentuh berbagai lapisan masyarakat, tersendatnya laju ekonomi mengakibatkan tertutupnya kebutuhan primer manusia untuk memenuhinya, karena negara juga sangat kesulitan untuk memenuhi seluruh kebutuhan pokok rakyatnya.

Bidang pelayanan perpustakaan adalah salah satu bidang yang amat berdampak akibat covid19 ini, meliburkan atau memindahkan sistem layanan, membuat kelimpungan banyak pihak. Pelayanan perpustakaan menggunakan 2 layanan, yaitu layanan peminjaman buku phisik dan layanan peminjam buku elektronik. Selama pandemi covid19 belum bisa diatasi, dan pemerintah masih menutup layanan perpustakaan, sebetulnya pemustaka masih bisa dilayani dengan pinjaman buku elektronik atau disebut juga dengan ebook namun banyak faktor penghambat pelaksanaan layanan peminjaman ebook ini antara lain :

  • Penguasaan Teknologi yang masih rendah

Kita mengakui bahwa tidak semua pemustaka melek teknologi, terutama para pemustaka yang berumur diatas 40 tahun, dimana dimasa sekolahnya mereka penggunaan teknologi belum begitu masif. Sebenarnya mereka bukan tidak bisa kalau mau belajar, pasti mampu namun tentu saja berbeda dengan generasi milenial yang penggunaan teknologi begitu masif.

  • Keterbatasan sarana dan prasarana

Kepemilikan perangkat pendukung teknologi juga menjadi masalah tersendiri, bukan rahasia lagi yang biasa datang keperpustakaan itu pada umumnya kelas menengah kebawah, jangankan untuk membeli perangkat teknologi mahal, untuk kebutuhan pokok saja mereka sudah kesulitan.

  • Jaringan internet

Peminjaman buku ebook tidak bisa lepas dari penggunaan jaringan internet, salah satu problemnya tidak semua wilayah ada layanan internet apalagi wilayah pedesaan, walaupun ada namun koneksinya belum stabil karena letak geografis masih jauh dari jangkauan signal satelit.

  • Biaya

Jaringan internet yang sangat dibutuhkan dalam mengakses ebook milik perpustakaan menjadi masalah baru bagi pemustaka, kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan pada umumnya pemustaka tidak siap untuk itu.

Kunjungan Perpustakaan ;

Sebelum terjadinya wabah pandemi covid19 ini kunjungan perpustakaan di jawa Timur tahun 2019 dapat kita lihat pada tabel 1.

Tabel 1.

PENGUNJUNGJUMLAH
PENGUNJUNG DEWASA86.536
PENGUNJUNG LTPD172.880
PENGUNJUNG REFERENSI4.969
PENGUNJUNG INTERNET551
PENGUNJUNG DARLING6.910
PENGUNJUNG MPK5.761
PENGUNJUNG ANAK3.636
PENGUNJUNG LTPS122.935
PENGUNJUNG DOIDPUS2.943
JML PENGUNJUNG INTERNAL407.121
PENGUNJUNG KAB/ KOTA14.534.080
JUMLAH PENGUNJUNG14.941.201

Setelah kita memasuki era new normal kunjungan perpustakaan diprediksi tetap tidak dapat menyamai jumlah kunjungan pada tahun sebelumnya, karena ada perasaan kuatir dari sebagian masyarakat jika dia berkumpul dengan banyak orang akan mudah tertular virus covid19.

Untuk permasalahan ini semua Pustakawan tentu saja tidak boleh berpangku tangan, dan menerima saja kondisi yang ada, pustakawan harus menggali potensi yang dimiliki oleh lembaga perpustakaan masing-masing dan membuat terobosan-terobosan agar kunjungan perpustakaan tidak menurun tajam dan berakibat pada kecerdasan masyarakat yang menurun.

Hal hal yang dapat dilakukan oleh pustakawan pasca covid19 ini antara lain adalah :

  1. Melengkapi perpustakaan masing-masing dengan protokol kesehatan yang sudah ditentukan pemerintah : Menyediakan Tempat cuci tangan dengan air yang mengalir, memakai masker dalam melayani pemustaka, menyiapkan thermo gun untuk mengukur suhu tubuh pengunjung perpustakaan, serta memakai sarung tangan selama melakukan kontak dengan pengunjung;
  2. Melakukan promosi lagi secara lebih masif, menggunakan semua sarana promosi : Website perpustakaan, Televisi, Radio, Media sosial, pamplet, spanduk dll;
  3. Melakukan Layanan jemput bola dengan menggunakan Mobil Perpustakaan Keliling (MPK)  ke sekolah-sekolah, dan alun-alun dan tempat lain yang biasa dikunjungi masyarakat setempat;
  4. Menggeser Pustakawan yang lebih muda ke bidang layanan atau seksi layanan, Pustakawan diatas 50 tahun ditempatkan pada bidang/seksi yang tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat.
  5. Merubah sistem  layanan dengan sistem drive thru untuk mengurangi kontak petugas dengan pemustaka.

Demikian beberapa langkah yang dapat diupayakan oleh para pustakawan agar keberadaan lembaga perpustakaan dan Pustakawan itu sendiri tetap exist/ada di masyarakat walaupun diterpa wabah dahsyat pandemi covid19 yang meluluh lantakkan sendi-sendi kehidupan masyarakat di seluruh penjuru dunia.

Artikel oleh : NURIS AGUSTI, SH. M.Kn

Leave a Comment