Sěrat Aji Saka Koleksi Bapak Ngatono Kecamatan Poncokusuma, Kabupaten Malang: Alih Aksara dan terjemahannya

– Penulis :Abimardha Kurniawan; Tiat S. Suwardi ; Melkion Donald

– ISBN :978-623

– Jumlah Halaman :93

– Tahun Terbit :2024

– Edisi :1

buku ini merupakan alih aksara dan alih bahasa dari naskah Sěrat Aji Saka Koleksi Bapak Ngatono Desa Ngadas Kecamatan Poncokusuma,
Kabupaten Malang. Terbitan ini akan menyajikan cerita Aji Saka yang terdokumentasikan dalam satu naskah yang berasal dari Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Teks Aji Saka dalam naskah ini termasuk dalam versi Tengger. Walaupun narasi tentang Aji Saka berkembang di kalangan masyarakat Tengger tidak lebih awal dari pertengahan abad ke-19 (Meinsma 1879), namun sejumlah ritual penting terhubung dengan narasi ini. Misalnya, upacara Karo yang menjadi agenda tahunan masyarakat Tengger diyakini memiliki latar naratif cerita Aji Saka. Istilah karo yang secara harafiah berarti ‘kedua’ diasosiasikan dengan dua tokoh penting, yakni Nabi Muhammad dan Aji Saka (Sutarto 1997). Bahkan, tari sodoran yang disakralkan ketika perayaan Karo dianggap sebagai representasi perseteruan antara Sĕtya
selaku abdi Aji Saka dan Sĕtuhu selaku abdi Nabi Muhammad. Upacara Karo dianggap sebagai upaya mengenang kesetiaan dua abdi itu (Hefner 1989:138). Tidak ketinggalan pula, dua orientasi arah makam di pekuburan orang Tengger, satu kelompok berorientasi ke arah kiblat
dan kelompok lainnya berorientasi ke gunung yang menjadi pusat pemujaan masyarakat Tengger. Tradisi tersebut menemukan latar narasinya dalam cerita Aji Saka, tepatnya dalam fragmen ketika Sĕtya dan Sĕtuhu—atau Hana dan Alif—saling terbunuh. Sebagai pengikut Nabi Muhammad, jenazah Sĕtuhu membujur ke utara. Jenazah Sĕtya, pengikut Aji Saka, membujur ke timur. Singkatnya, narasi Aji Saka sebagaimana yang tersurat dalam naskah dari Ngadas ini memiliki posisi penting bagi masyarakat Tengger.

Adapun secara garis besar buku ini bertujuan menyajikan teks cerita Aji Saka dalam naskah dari Ngadas. Pembahasan akan dimulai dengan deskripsi fisik naskah termasuk pembahasan seputar perkiraan kronologi naskah—kapan kira-kira naskah dari Ngadas itu dibuat. Pembahasan berlanjut kepada aspek tekstual naskah tersebut. Pembahasan ini meliputi persoalan aksara, bentuk teks, termasuk penyajian ikhtisar teks yang tersurat dalam naskah ini. Selanjutnya, suntingan teks akan diberikan pada bagian akhir tulisan ini. Suntingan teks yang disajikan berupa alih aksara dan terjemahan teks dalam bahasa Indonesia. Catatan dan komentar juga akan diberikan untuk melengkapi suntingan teks yang telah dibuat.