Program BAHASA “Bahas Apa Saja” merupakan program bimbingan literasi untuk masyarakat yang mengusung konsep santai tetapi mendatangkan narasumber yang kompeten sehingga pertanyaan dari masyarakat terjawab dengan informasi yang akurat. Program BAHASA “Bahas Apa Saja” kembali hadir pada tanggal 22 Februari 2023 dengan mengusung topik “Sinergi Perpustakaan dan Stakeholder dalam Pelestarian Bahasa Ibu”. Topik ini diangkat dalam rangka peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional yang jatuh setiap tanggal 21 Februari.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur turut mengambil peran dalam peringatan ini dengan memberikan wadah diskusi melalui program BAHASA. Diharapkan dengan adanya diskusi pelestarian bahasa ibu dapat memberikan dampak signifikan terhadap eksistensi bahasa daerah yang mulai termaginalisasi menjadi bahasa kelas dua. Karena saat ini banyak bahasa ibu yang terancam punah karena kehilangan penutur untuk melestarikan bahasa tersebut. Dalam kesempatan ini Bapak Balok Safarudin, M.Si. dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur dan Bapak Kukuh S. Wibowo dari majalah Panjebar Semangat hadir sebagai narasumber. Diskusi dimoderatori oleh Wafiq Adilah, pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur.
Bapak Balok Safarudin mengawali diskusi dengan memaparkan data pemetaan bahasa yang telah dilakukan oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yaitu terdapat sebanyak 718 bahasa dari 2.560 daerah yang menjadi lokasi pengamatan. Di Jawa Timur sendiri terdapat 3 bahasa diantaranya Bahasa Bajo, Bahasa Jawa dan Bahasa Madura. Persebaran bahasa ini salah satunya bisa disebabkan karena adanya migrasi penduduk. Bapak Balok kemudian melanjutkan pemaparan dengan membahas strategi pelestarian bahasa ibu yang dapat dilakukan salah satunya melalui folklore. Lalu mengapa folklore dapat menjadi pendukung bahasa ibu?
Menurut Bapak Balok satu bahasa daerah didukung oleh banyak folklore, sehingga folklore tersebut dapat menjadi salah satu cara pelestarian bahasa ibu. Folklore merupakan sekelompok orang yang mempunyai ciri khas/tradisi tertentu. Folklore terdiri dari folklore lisan, folklore sebagian lisan dan folklore bukan lisan. Folklore lisan seperti bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat. Contohnya pertanyaan tradisional pitik walik sobo kebon, permainan tradisional cuk cur lu kar mbel (cucuk, lancur, jalu, cakar, jembel), legenda, dongeng, pepatah, dll. Saat ini banyak folklore yang kehilangan eksistensi. Hilangnya salah satu folklore akan berpengaruh terhadap kekayaan bahasa/kata itu sendiri. Sehingga upaya pelestarian folklore ini kemudian akan menyelamatkan keberadaan bahasa ibu yang terkandung dalam folklore tersebut.
Diskusi kemudian dilanjutkan dengan pemaparan Bapak Kukuh S. Widodo staf redaksi Panjebar Semangat. Majalah Panjebar Semangat didirikan oleh dr. Soetomo sebagai salah satu bentuk perjuangan kemerdekaan Indonesia. Majalah ini dianggap sebagai majalah tertua di Indonesia yang masih terbit dalam platform cetak. Mengapa majalah ini tetap bisa terbit dalam waktu lama? Menurut Bapak Balok karena orang-orang Jawa memiliki idealisme kecintaan terhadap Bahasa Jawa sehingga tetap setia berlangganan majalah Panjebar Semangat sebagai bukti idealismenya, walaupun saat ini idealisme tersebut mulai sulit untuk diwariskan. Namun upaya untuk mengikuti perkembangan zaman tetap dilakukan oleh majalah Panjebar Semangat, misalnya menambah penerbitan majalah melalui platform online.
Majalah Panjebar Semangat menjadi salah satu platform untuk menjaga kelestarian bahasa ibu. Menggunakan Bahasa Jawa ngoko alus menjadi salah satu medium karena menyasar kelompok menengah ke bawah yang saat itu belum paham Bahasa Melayu. Saat ini penggunaan Bahasa Jawa ngoko alus atau yang sering disebut juga bahasa Jawa baku atau Jawa Keraton masih dipertahankan. Upaya lain yang dilakukan oleh majalah Panjebar Semangat untuk mengkader generasi muda dalam pelestarian bahasa ibu misalnya melalui lomba geguritan dan lomba membuat cerita anak dengan bahasa daerah.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur sendiri telah melakukan beberapa upaya dalam mendukung kegiatan pelestarian bahasa ibu. Selain memberikan wadah diskusi untuk stakeholder terkait misalnya melalui kegiatan BAHASA, upaya lain yang dilakukan adalah melalui penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan dongeng baik DOLEN “Dongeng Online” maupun DARLING “Dongeng Anak dan Remaja Keliling”. Selain itu, dalam kegiatan DOLEN dan DARLING juga sering mengangkat legenda dan dongeng. Diharapkan melalui kegiatan-kegiatan di atas dapat memberikan sumbangsih dalam pelestarian bahasa ibu, karena bahasa ibu merupakan kekayaan bangsa yang harus diwariskan pada generasi penerus. (Lilis/pustakawan)