Disperpusip Jatim Gelar Diseminasi Naskah Kuno Babad Trunajaya

Surabaya — Upaya melestarikan ingatan kolektif bangsa melalui pelestarian naskah kuno kembali digalakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur (Disperpusip Jatim). Rabu, 2 Juli 2025, telah diselenggarakan kegiatan webinar Diseminasi Informasi Naskah Ingatan Kolektif Nasional (IKON) secara daring melalui platform zoom, dengan fokus kajian terhadap Naskah Babad Trunajaya yang merupakan koleksi Museum Negeri Mpu Tantular.

Kegiatan ini merupakan bagian awal dalam proses mengusung registrasi Ingatan Kolektif Nasional (IKON) oleh Perpustakaan Nasional RI. Tujuan utamanya adalah mengenali, melindungi, dan menyebarluaskan nilai-nilai yang terkandung dalam naskah kuno Nusantara sebagai warisan dokumenter bangsa.

Babad Trunajaya dipilih karena di dalamnya berisi rekaman ingatan masyarakat Madura yang penting dalam sejarah lokal dan nasional. Babad Trunajaya merekam jejak perlawanan Pangeran Trunajaya terhadap kekuasaan Kesultanan Mataram dan kolonial Belanda pada abad ke-17. Naskah ini bukan hanya memiliki nilai sejarah yang tinggi, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial, budaya, dan politik masyarakat Madura dan Jawa Timur pada masa lampau.

Babad Trunajaya adalah simbol perlawanan masyarakat Madura terhadap Kolonialisme Belanda. Naskah ini layak didaftarkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional,” ujar Melkion Donald, S.Pd., M.Hum., Kepala Bidang Deposit, Pengembangan, dan Pelestarian Bahan Perpustakaan.

Diskusi Kelompok Terpumpun dengan tema “Kajian Naskah Babad Trunajaya Koleksi Museum Negeri Mpu Tantular, sebagai bagian dari upaya menuju Ingatan Kolektif Nasional” menghadirkan Tifa Hanani, M.Hum., peneliti dari MANASSA Pusat (Masyarakat Pernaskahan Nusantara), sebagai narasumber utama dengan dimoderatori oleh Dr. Abimardha Kurniawan, S.Hum., M.A. Dalam paparannya, Tifa menjelaskan bahwa Babad Trunajaya ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa dan madura, berbentuk prosa di atas lontar. Ini unik karena biasnya naskah lontar berbentuk tembang
Ia mengungkapkan bahwa naskah ini tidak hanya menyajikan kisah pemberontakan semata, tetapi juga mengandung pesan moral, etika kepemimpinan, serta dinamika konflik batin tokoh Trunajaya. Penafsiran terhadap naskah ini membuka ruang kajian lintas disiplin seperti filologi, sejarah, antropologi, hingga kajian budaya.

Trunajaya dalam naskah ini bukan sekadar tokoh sejarah, tetapi menggambarkan representasi kolektif atas perlawanan, kehormatan, dan identitas masyarakat Madura.” jelas Tifa.

Kegiatan ini menjadi bukti sinergi antara institusi pemerintah, akademisi, dan masyarakat luas dalam pelestarian ingatan dan warisan dokumenter bangsa. Disperpusip Jatim berperan aktif menjalin kolaborasi dengan MANASSA, Perpustakaan Nasional RI, Unair, Pemerintah Kabupaten Sumenep dalam memperkuat ekosistem perlindungan naskah kuno. Program diseminasi ini dirancang agar mampu menjangkau publik secara luas melalui media daring.

Diseminasi Babad Trunajaya adalah awal dari serangkaian kegiatan yang akan digelar oleh Disperpusip Jatim dalam rangka pendafatran Program IKON di tahun 2025 dan diharapkan Naskah Babad Trunajaya dapat teregister tidak hanya tingkat nasional melainkan tingkat dunia.

Leave a Comment