Arek Jatim Angkat Literasi Lewat Video: Disperpusip Jatim Gelar Workshop Video Konten Literasi

Rabu, 11 Juni 2025, menjadi hari istimewa. Di Gedung Graha Pustaka, Surabaya, Disperpusip Jatim membuat Workshop Video Konten Literasi. Kegiatan ini merupakan ikhtiar untuk mengajak Masyarakat membuat video kreatif bertema literasi. Selain itu, mengajak anak muda Jawa Timur untuk berpikir, menyusun pesan, literasi.

Literasi, dalam definisi masa kini, tidak hanya soal kemampuan membaca dan menulis, tapi juga kemampuan memahami, mengkritisi, dan menciptakan informasi. Di era digital seperti sekarang, cara menyampaikan pesan pun sudah berubah. Tak hanya lewat tulisan atau pidato, tapi lewat konten video, potongan gambar, suara, dan visual bergerak yang langsung nyantol di kepala penonton.

Disperpusip Jatim menyadari betul hal ini. Maka mereka tak mau hanya jadi penjaga koleksi buku. Mereka ingin menjadi penggerak, fasilitator, dan penguat budaya baca yang hidup dan relevan.

“Sudah saatnya kita menjawab perubahan ini dengan pendekatan literasi yang lebih segar, kreatif, dan relevan,” ujar Ir. Tiat S. Suwardi, M.Si, Kepala Disperpusip Jatim, dalam sambutannya yang penuh semangat.

Antusiasme masyarakat begitu besar. Tercatat ada 91 peserta dari berbagai penjuru Jawa Timur yang mendaftarkan video mereka. Setelah seleksi awal, 50 peserta terpilih untuk mengikuti workshop intensif. Ada yang datang dari Lamongan, Blitar, Tulungagung, Gresik, hingga ujung timur Banyuwangi. Sebagian besar dari mereka adalah anak muda kreatif, konten kreator pemula, siswa, mahasiswa, bahkan pelaku komunitas literasi yang aktif di media sosial.

“Kami ingin melihat suara masyarakat. Ide-ide segar dari anak muda. Karena mereka inilah masa depan literasi kita,” kata Tiat.

Selama satu hari penuh, para peserta dibekali ilmu dari tiga narasumber keren. Narasumber pertama, Herma Retno Prabayanti bicara soal bagaimana memilih tema dan menyusun konten video yang pas dan bermakna. Narasumber kedua Mikhael Amzali membongkar trik membuat video pendek yang cocok untuk media sosial. Narasumber ketiga Faishol mengulas soal teknis pembuatan video berdurasi 5–10 menit.

Bukan cuma bicara soal teknis kamera dan editing, mereka juga membahas cara menyampaikan pesan literasi tanpa harus terkesan menggurui. Peserta diajak berpikir: bagaimana membuat orang tertarik membaca lewat konten yang menghibur.

Kepala Disperpusip Jatim ingin lebih dari sekadar “video viral”. Mereka ingin video yang menggugah, yang mampu menyentuh rasa ingin tahu penonton, mengangkat kearifan lokal, membahas buku, mengajak berpikir kritis, bahkan mungkin menyentuh sisi emosional masyarakat.

“Kami membayangkan jika gerakan seperti ini tumbuh di setiap kabupaten dan kota di Jawa Timur. Betapa luar biasanya dampak yang bisa kita capai.” ungkap Tiat. dalam penutup sambutannya

Leave a Comment