SURABAYA, 22 Mei 2025 – Untuk membangun literasi yang menarik bagi anak muda di Jawa Timur, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Jatim menggelar talkshow bertema “GLAM space: Dari Koleksi ke Aksi Menjelajahi Potensi Gallery, Library, Archive and Museum sebagai Wadah Literasi dan Inovasi di Era Digital” di Graha Pustaka Disperpusip Jatim, Jl. Menur Pumpungan 32 Surabaya, Kamis (22/5/2025).
Talkshow yang digelar serangkaian Pekan Literasi Jatim 2025 dan dibuka Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Rabu, 23 Mei 2025 lalu itu menghadirkan Pendiri Asisi Chanel Asisi Suhariyanto, Duta Baca Jatim Heraldha Savira dan Kepala UPT Bung Karno Nurny Syam, S.Sos, S.Kom sebagai narasumber.
Ikut hadir di acara tersebut 100 peserta terdiri dari mahasiswa Universitas Airlangga, Universitas Bhayangkara, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Brawijaya, Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dan Forum Komunitas Masyarakat Sadar Arsip (FKMSA). Acara tersebut juga digaungkan melalui live kanal daring (zoom).
Mewakili Kepala Disperpusip Jatim Ir. Tiat S. Suwardi, MSi, Plh. Sekertaris Disperpusip Jatim M. Arif Widodo, ST, MSE menyampaikan bahwa talkshow tersebut mengangkat tema yang sangat penting untuk kemajuan dunia perpustakaan di Jatim. Konsepnya hal Gallery, Library, Archive, Museum (GLAM) untuk generasi muda.
“Kemarin Pekan Literasi Jatim sudah dibuka oleh Ibu Gubernur. Dan hari ini kita berdiskusi bagaimana galeri dan aksi perpustakaan menghasilkan literasi yang menarik bagi generasi muda,” ujar Arif Widodo.
Apalagi menurutnya, saat ini sudah memasuki era digitalisasi. Berbagai sektor, termasuk perpustakaan telah menggunakan dan memanfaatkannya.
“Saat ini sebanyak 79,5 persen masyarakat kita mengakses internet. Di Jawa Timur sendiri tercatat sebanyak 81 persen lebih,” jelasnya.
Motavasi paling banyak adalah mengakses media sosial (medsos). Masyarakat yang memanfaatkan inernet untuk membaca berita atau digital library masih sedikit sekali.
“Ini kelemahan kita bersama. Apakah digitalisasi bisa memperkuat budaya baca. Dan lagi, apakah betul digitalisasi bisa memperkuat masyarakat membaca buku agak panjang,” tanyanya.
Apalagi dirinya menilai, digitalisasi memiliki aspek mudah dan serba cepat. Hal tersebut membutuhkan penyesuaian, termasuk dunia perpustakaan.
“Selain memperkuat koleksi, digitalisasi membuat semuanya simpel dan singkat. Konten yang disukai yakni dengan memanfaatkan digital. Selain itu waktu melihat kontennya hanya 1-2 menit. Atau bahkan 2 detik saja. Ini tantangan kita,” Ujarnya.
Meski demikian, aspek perjumpaan secara fisik juga dinilai penting. Karena hal tersebut tidak ada rasa emosional yang diberikan oleh digitalisasi.
“Saya mencatat hal yang menarik di tengah digitalisasi ada hal yang perlu dipertahankan. Hal perjumpaan secara fisik juga penting sekali. Ini tetap. Karena digital saja tidak menarik. Tapi perjumpaan menarik dan harus dipertahankan,” terangnya.
“Apalagi orang-orang yang sukanya bertatap muka dan membaca dan memegang buku,” imbuhnya.
Lebih lanjut Arif menjelaskan, 50 persen lebih penduduk Indonesia tercatat adalah generasi milenial dan z. Karakteristiknya memiliki hal yang khusus seperti related, receh dan tidak repot.
“Related menyangkut kebutuhan mereka. Receh, menyangkut hal-hal yang tidak penting atau serius. Dan generasi muda tidak mau yang ribet atau repot. Itu yang kita hadapi saat ini,” jelasnya.
Untuk itu, dirinya mengajak agar semua yang dilakukan harus didasari dengan cara berkolaborasi. Utamanya dalam membangun literasi. Sebab, sebuah inovasi dinilai penting tetapi kolaborasi juga hal yang sangat penting.
“Ibu Gubernur, Ibu Khofifah kemarin sudah menekankan akan pentingnya kolaborasi dalam membangun literasi. Untuk itu kita perlu terus menggelorakan hal tersebut di dunia perpustakaan di Jawa Timur. Arsip juga begitu. Museum juga begitu. Tidak perlu kuatir,” pungkasnya.
Sementara itu, para narasumber yang hadir mengangkat tema yang sama. Pendiri Asisi Chanel Asisi Suhariyanto mengangkat tema Mengemas Literasi Sejarah dengan Format Kekinian. Lalu, Duta Baca Jatim Heraldha Savira mengangkat tema Strategis dan Pengalaman Menumbuhkan Cinta Baca di Era Digital. Terakhir, Kepala UPT Bung Karno Nurny Syam, S. Sos, S. Kom mengangkat tema konsep kolaborasi dan relefansi GLAM di era literasi digital.(*)

