Pada tanggal 12 November 2024, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur mengadakan kegiatan yang menarik dan edukatif, yaitu Science Film Festival (SFF) 2024 bekerja sama dengan Goethe-Institut dengan tema “Emisi Nol Bersih & Ekonomi Sirkular.” merupakan film tentang salah satu pelepasan gas berbahaya seperti Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), dan seterusnya. Acara yang diikuti oleh kalangan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan, terutama dalam konteks pengurangan emisi karbon dan penerapan ekonomi sirkular, serta bagaimana sains dan teknologi berperan dalam pencapaian tujuan tersebut.
Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Perpustakaan Nasional sebagai simbol semangat literasi dan kebangsaan yang diusung dalam kegiatan ini. Penyanyian lagu-lagu kebangsaan tersebut memberi kesan khidmat dan menunjukkan komitmen bersama untuk menjaga keberlanjutan Indonesia melalui pendidikan dan literasi.
Selanjutnya secara resmi acara dibuka dengan sambutan oleh Bapak Muhamad Arif Widodo, PLT. Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, menyampaikan “Terima kasih banyak kepada jajaran pimpinan dan tim Disperpusip Provinsi Jawa Timur, serta kesediaan dari tim Goethe Institut untuk berkunjung hari ini. Festival film ini sangat penting, ini menunjukkan bahwa perpustakaan itu tidak hanya untuk membaca buku, tetapi juga bisa menonton film. Kita akan memahami sains dan lingkungan, lengkap dengan eksperimen. Ekonomi sirkuler berarti kegiatan ekonomi yang nyaris tidak menghasilkan limbah. Festival film ini juga menjadi harapan dinas untuk bisa meningkatkan literasi sains. Selanjutnya, Pak Arief juga membuka peluang bagi Representatif Jerman untuk bisa terus bekerja sama di kemudian hari.” sambutnya. Sambutan disusul oleh Dr. Ingo Schöningh selaku Kepala Bagian Bahasa dan Budaya Goethe-Institut wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru.
Pemutaran Film dan Eksperimen
Setelah pembukaan, kegiatan berlanjut dengan pemutaran film dan sesi eksperimen yang mengangkat tema lingkungan hidup dengan pendekatan yang menarik dan mudah dipahami oleh peserta. Film-film yang diputar tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi penonton tentang tantangan yang dihadapi bumi dan solusi-solusi inovatif yang dapat diambil melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Acara ini dibagi dalam 2 sesi, yaitu :
Sesi Pertama : (Film Burung dan Mesin Terbang & Eksperimen Kertas Super Power)
Sains Festival Film 2024 bertemakan Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular Emisi itu merupakan salah satu pelepasan gas berbahaya seperti Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), dan seterusnya. Goethe Institut berupaya meneruskan kesadaran untuk bisa ikut mengurangi produksi emisi tersebut hingga ke angka nol, baik yang datang dari limbah pabrik, pembakaran hutan maupun faktor lainnya, dengan berbagai cara salah satunya mendaur ulang sampah. Untuk meningkatkan pemahaman peserta, ditayangkan trailer film tentang sains dan lingkungan hidup yang telah disiapkan oleh tim. Melalui trailer tersebut, terdapat beberapa film yang berasal dari Jerman, Italia, hingga Indonesia.
Film pertama berjudul “Bird-Drone” kemudian ditampilkan, terlihat seekor burung camar yang terbang bersama sebuah drone mengitari samudera. Kaki burung camar itu tersangkut sampah plastik akibat manusia yang membuang sampah sembarangan ke laut dan tepian pantai. Hal ini akan memunahkan ekosistem laut, terumbu karang juga bisa hancur. Jadi, kita harus menjaga kebersihan di laut dan di sekitar kita, karena jika tidak, kita akan terserang penyakit dan bumi akan semakin panas karena polusi. Tim Goethe Institut mengajarkan, misalkan dengan pemakaian kertas yang masif, apabila digunakan terus-menerus, maka produksi massal akan mengurangi jumlah pohon di bumi. Hal ini berbahaya jika tidak selingi dengan penanaman pohom kembali.
Maka, tim memperkenalkan eskperimen berupa “Kertas Super Power”. Tim Goethe Institut telah mempersiapkan bahan dan prosedurnya di panggung sehingga tujuh anak SMP yang antusias dipanggil ke depan untuk ikut bereksperimen. Masing-masing anak diberi sehelai kertas untuk dilipat sekecil-kecilnya, lalu kertas itu dipakai untuk membuka tutup botol dari minuman yang tersedia di atas meja. Eskperimen ini mengajarkan kita untuk bisa menggunakan barang seadanya, contohnya sehelai kertas yang dilipat-lipat, yang dipakai untuk kebutuhan sederhana layaknya membuka tutup botol. Hal ini dinilai lebih ramah lingkungan daripada alat pembuka botol berbahan dasar plastik.
Sesi Kedua : (Film Pad Thai & Eksperimen Koin Mengapung Pemanasan Global)
Kegiatan dilanjutkan dengan menonton film kedua, yakni yang bertajuk “Pad Thai”. Film tersebut menampilkan pesona negara Thailand, mulai dari kuliner yang lezat hingga keunggulannya dalam memproduksi padi. Namun, dengan perubahan iklim yang tidak menentu, hal ini kemudian memengaruhi hasil panen, yang juga berujung gagal panen. Suhu yang naik sedikit saja, akan memengaruhi budidaya tenaman sawah. Tercatat dalam 30 tahun ke depan, film tersebut memproyeksikan hasil panen sawah Thailand yang akan menurun signifikan akibat perubahan iklim ini. Jangankan tanaman, fluktuasi suhu ini juga dapat menentukan hasil panen ikan air tawar dan laut bagi nelayan, karena koral- koral yang jadi makanan ikan-ikan rusak akibat berubahnya iklim.
Seluruh dunia sedang mengalami krisis pangan, pasalnya kenaikan suhu dunia akan memengaruhi tingkat kelaparan masyarakat. Ditambah lagi hasil panen sawah dan laut yang menurun, suhu yang panas membuat padi sulit tumbuh dan hewan-hewan ternak menjadi stres, hal ini akhirnya membuat komoditas pangan semakin mahal, tidak heran jika harga masakan Pad Thai juga turut memahal. Dengan paparan data-data statistik terkait dampak perubahan iklim yang cukup memprihatikan, film ini ditayangkan untuk meningkatkan kesadaran akan berbahayanya perubahan iklim dan pemanasan global, yang salah satunya dirasakan oleh negara tetangga kita, Thailand. Keseruan belajar ini tidak berhenti pada menonton film saja, tetapi dilanjutkan dengan eksperimen koin mengampung. Sekitar 7-10 anak maju ke depan untuk berpartisipasi dalam eksperimen tersebut, masing-masing anak diberikan sebuah koin untuk bisa mulai diapungkan di atas ember air yang tersedia di depan mereka. Koin diibaratkan sebagai sampah-sampah yang berserakan di wilayah perairan. Perlu diketahui, air memiliki sifat alami yaitu tegangan permukaan yang dapat membuat koin ini mengampung. Nah, bayangkan jika tegangan permukaan air yang semakin rusak karena sampah-sampah yang terampung di laut, danau, hingga di sungai, ada kemungkinan sampah-sampah yang awalnya terendam akan larut di air jika tegangan air semakin rusak. Maka, kita sangat dianjurkan untuk menjaga kebersihan air dari berbagai polusi.(ni/ppi)