Isi Hari Kunjung Perpustakaan dan Hari Jadi Provinsi, Disperpusip Jatim Gelar Konsultasi Komunitas

SURABAYA, 23 September 2024 – Untuk menyemarakkan hari kunjung perpustakaan (HKP) dan hari jadi ke 79 Prov Jatim tahun 2024, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Jatim menggelar konsultasi komunitas. Acara yang dilaksanakan selama dua hari, 23-24 September 2024 itu diikuti peserta dari komunitas Yayasan Peduli Kanker Anak Indonesia (YPKAI) Surabaya.

Sekertaris Disperpusip Jatim Dwiko Yudhi Widodo, SH, MAP mewakili Kepala Disperpusip Jatim Ir. Tiat S. Suwardi, MSi mengatakan, konsultasi komunitas tersebut dilaksanakan untuk membangun semangat para orang tua dalam mendampingi anak-anak mereka berjuang melawan penyakit. Metode yang diberikan berupa psikoedukasi berbasis literasi oleh Duta Baca Jatim Heraldha Savira.

“Selain digelar dalam rangka hari kunjung perpustakaan dan hari jadi provinsi, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan support system buat anak-anak penderita kanker atau tumor dari orang terdekat,” kata Dwiko Yudhi Widodo saat membuka kegiatan konsultasi komunitas di Ruang Inkubator Literasi Kantor Disperpusip Jatim, Jl. Menur Pumpungan Surabaya, Senin (23/9/2024).

Menurutnya, sebagai orang terdekat, dukungan moril dan spiritual sangat besar perannya. Pasalnya, melalui dukungan tersebut diharapkan dapat menjadi faktor penambah imun anak-anak dalam berjuang melawan penyakit.

“Dengan begitu, anak yang menderita kanker akan merasa lebih bersemangat dan termotivasi untuk menjalani serangkaian pengobatan dan perawatan,” jelasnya.

Melihat pentingnya konsultasi komunitas berbasis literasi yang dilaksanakan, Disperpusip Jatim berharap dapat menjadi bagian dalam meringankan beban para orang tua.

“Kami berharap, lewat kegiatan ini dapat memberikan manfaat luar biasa bagi masyarakat. Mengingat wawasan para orang tua yang putranya menderita sakit kanker dapat terpahamkan melalui literasi yang didapatkan,” jelasnya.

Sehingga, sebut Dwiko, lewat pemahaman akan pengetahuan literasi yang diperoleh, para orang tua penderita kanker bersatu padu saling memotivasi anak-anak mereka tetap bersemangat. Dan bahkan dapat berkegiatan seperti anak-anak pada umumnya.

“Ini bisa menumbuhkan kepercayaan dirinya bahwa mereka sama dengan anak lainnya. Harapan kami para peserta memiliki kemampuan itu,” terangnya.

Sementara dalam paparannya, Duta Baca Jatim Heraldha Savira menyampaikan pentingnya manajemen stres bagi para orang tua. Menguatkan diri dalam keberanian dan ketahanan dinilainya menjadi fondasi yang sangat penting.

“Ini menjadi tantangan emosional terbesar dalam kehidupan manusia, yakni refleksi diri. Karena ini akan berpengaruh terhadap hubungan keluarga lain atau pasangan,” tuturnya.

Sehingga, perempuan yang juga berprofesi sebagai psikolog ini kembali menuturkan soal bagaimana orang tua dapat menangani rasa cemas atau stres.

“Jika terus dibiarkan akan terjadi kerenggangan. Ini perlu penanganan yg komprehensif,” jelasnya.

Nah, bagaimana mengatasinya? persoalan tersebut perlu dikomunikasikan dengan baik dan mengambil jalan tengah. Menurut penelitian, kelelahan emosional dinilai sangat umum terjadi pada orang tua yang merawat anak dengan penyakit kanker.

“Penelitian menyebutkan bahwa 40-60 persen orang tua mengalami burnout atau kelelahan yang sangat signifikan, terutama ketika mereka tidak memiliki cukup waktu untuk merawat diri sendiri,” ungkapnya.

Bahkan parahnya, kondisi tersebut sering kali menyebabkan orang tua merasa terputus secara emosional dari orang-orang di sekitarnya. Termasuk dari pasangan atau anggota keluarga lainnya.

“Dan ini ditakutkan akan berpotensi menambah masalah hubungan dan isolasi sosial,” katanya.

Lalu, mengapa para orang tua rentan terhadap stres? alumnus pascasarjana psikologi Unair Surabaya itu menuturkan, para orang tua mengalami ketidakpastian tentang prognosis atau perkiraan pada anak. Selain itu, mereka terkadang memiliki beban peran ganda, mengalami perubahan dalam kehidupannya serta kelelahan fisik dan emosional.

“Lalu ada juga mengalami keterbatasan dukungan sosial, perasaan tidak berdaya, rasa bersalah, gangguan dengan keluarga dan harapan masyarakat serta diri sendiri,” terangnya.

Untuk mengatasi itu semua, merawat diri sendiri menjadi kunci dalam merawat anak dengan baik. Disamping itu, orang tua diharap tidak perlu takut untuk mencari bantuan saat memerlukan.

“Terpenting lagi, orang tua harus bisa mencari sumber buku referensi saat merasa belum nyaman dengan orang lain,” pungkasnya.(***)

Leave a Comment