SURABAYA, 12 Juni 2024* – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Prov. Jatim bersama Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI terus membangkitkan minat baca masyarakat. Salah satu upaya yang tengah dilakukan yakni melalui Gerakan Indonesia Membaca (GIM) di Jawa Timur.
Kegiatan yang diselenggarakan selama tiga hari, 12-14 Juni 2024 itu menggelar acara Sepekan Satu Buku dan Membaca Nyaring (read aloud) di Hotel Movenpick, Jl. Ahmad Yani 71 Surabaya, Rabu (12/6/2024).
Hadir di acara tersebut Asisten Administrasi Umum Setdaprov Jatim Dr. AKH. Jazuli, SH, MSi, Kepala Disperpusip Jatim, Ir. Tiat S. Suwardi, MSi, Pustakawan Utama (Pustama) Perpusnas RI Dra. Sri Sumekar, MSi, Pimred Perpusnas Press Edi Wiyono, S.Sos, M.TrAp, Ketua Kelompok Kerja Pengembangan Budaya Baca dan Literasi Perpusnas RI, Endy Santoso, SS, M.Hum, Wakil Ketua IKAPI Jatim Supolo, jajaran Perpusnas RI dan Disperpusip Jatim.
Kepala Disperpusip Jatim, Ir. Tiat S. Suwardi, MSi mengatakan, gerakan Indonesia membaca yang dilaksanakan di Jatim ini diharapkan dapat merangsang dan mendorong masyarakat Jatim untuk berperan aktif dalam meningkatkan minat dan budaya baca.
“Pembudayaan kegemaran membaca masyarakat merupakan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat melalui berbagai upaya, salah satunya melalui gerakan Indonesia membaca,” ujar Tiat.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, gerakan Indonesia membaca terdiri dua rangkaian yang digelar. Pertama yakni sepekan satu buku dan kedua, membaca nyaring (read aloud). Untuk sepekan satu buku, kegiatan tersebut berupa talkshow dan workshop penulisan.
“Agenda talkshow dan workshop sendiri diikuti dari beberapa pelajar dan pustakawan serta pengelola perpustakaan se Jatim,” terangnya.
Lalu untuk membaca nyaring atau read aloud berupa pelatihan dan praktik membaca nyaring. Peserta yang mengikuti berasal dari kalangan guru PAUD/TK/SD, pustakawan dan pegiat literasi.
“Kami berharap gerakan ini semakin menggeliat, utamanya aspek minat baca masyarakat Jawa Timur semakin semarak hingga meningkatnya partisipasi masyarakat luas,” katanya.
“Yang penting lagi bahwa perpustakaan itu untuk semua masyarakat dan tidak dibatasi kelamin dan usia. Ini semua untuk peningkatan literasi dan terpenting lagi bahwa motor kami adalah no one left behind,” jelasnya.
Sebelumnya, Pustakawan Utama (Pustama) Perpusnas RI Dra Sri Sumekar MSi menyampaikan pentingnya peningkatan kegemaran membaca di masyarakat. Sebab, amanah UU 43/2007 tentang Perpustakaan mensyaratkan pengelolaan perpustakaan secara profesional.
“Mengapa demikian, karena ini adalah amanah yakni untuk penelitian dan kecerdasan masyarakat,” katanya.
Apalagi, dalam undang-undang tersebut menyebutkan bahwa perpustakaan menjadi pembelajaran sepanjang hayat. Lebih dari pada itu, perpustakaan juga memiliki tugas dan tanggungjawab dalam menjaga peradaban.
“Kemajuan peradaban ini penting dilakukan sebagai proses yang panjang dengan inovasi dan transformasi yang mutlak diperlukan,” katanya.
“Catatan sejarah tidak terlepas dari membaca dan ilmu pengetahuan utamakan jangan sampai terperangkap kesalahan,” imbuhnya.
Sementara itu, Asisten Administrasi Umum Setdaprov Jatim Dr. AKH. Jazuli, SH, MSi dalam sambutannya menyampaikan tentang pentingnya upaya menggalakkan gemar membaca di tengah-tengah masyarakat secara masif. Sebab, gerakan tersebut dinilai sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan sebagai bekal menghadapi tantangan hidup.
“Ini perlu terus digalakkan. Apalagi tingkat kegemaran membaca masyarakat kita di Jatim tergolong tinggi. Pada tahun 2023 lalu kita mencapai 69,78. Jumlah ini naik jika dibanding tahun sebelumnya sebesar 68,54,” kata Akh. Jazuli.
Bahkan, lanjut AKH. Jazuli, indeks pembangunan literasi masyarakat (IPLM) Jatim tercatat 15,79. Angka tersebut berada di atas rata-rata nasional.
“Prestasi ini patut disyukuri mengingat membaca adalah salah satu aktivitas positif,” ujarnya.
Masih menurut AKH. Jazuli, seseorang yang memiliki literasi informasi yang bagus, mereka akan mampu mengidentifikasi, mencari, menemukan dan memahami sumber informasi yang benar. Termasuk dapat memanfaatkan informasi tersebut hingga menghasilkan berbagai ide.
“Mereka juga pasti akan mampu menghasilkan ide berupa produksi barang atau jasa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraannya,” terangnya.
Lewat pengembangan pemahaman literasi tersebut diharapkan dapat menjadi keunggulan dalam upaya persaingan di era global.
“Apalagi sekarang segala aspek kehidupan kita sudah berbasis teknologi informasi,” ungkapnya.
Untuk itu, kebiasaan membaca di kalangan masyarakat perlu terus didorong, difasilitasi dan dimotivasi.
“Termasuk juga harus diberi contoh dan dilatih sejak usia dini serta perlu didukung oleh kondisi yang kondusif dan nyaman,” terangnya.
Tak hanya itu saja. AKH. Jazuli juga menyampaikan soal pentingnya segi ketersediaan atau kemudahan memperoleh bahan bacaan yang menarik, berkualitas dan sesuai kebutuhan pemustaka. Hal tersebut dinilai perlu mendapat perhatian serius.
“Karena itu, sebagai komitmen kita bersama untuk anak bangsa, mari kebiasaan membaca di masyarakat kita bangun secara intensif dan serentak melalui tiga pilar,” pintanya.
Ketiga pilar itu yakni lingkungan keluarga, lingkungan satuan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Untuk lingkungan keluarga, peran orang tua dinilai sangat penting dan dominan.
“Kalau di lingkungan satuan pendidikan, sinkronisasi peran guru, perpustakaan sekolah dan proses belajar mengajar menjadi hal utama. Lalu juga lingkungan masyarakat bisa lewat pojok baca, perpustakaan desa atau juga lomba-lomba tentang literasi,” tuturnya.
Namun dari kesemuanya itu, sebut AKH. Jazuli, masuknya era digitalisasi yang dominan mengarah pada teknologi informasi menjadi tantangan tersendiri bagi generasi saat ini. Mengingat, segala aspek kehidupan masyarakat telah terkoneksi dengan internet.
“Hasil survei yang dilakukan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) menyebutkan bahwa tahun 2024 penetrasi pengguna internet di Indonesia mencapai 79,5 persen dari jumlah total penduduk bangsa kita. Di Jatim penetrasinya mencapai 81,79 persen,” terangnya.
Sementara disisi lain, ketersediaan buku di Indonesia sendiri sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Berdasarkan penelitian Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI menyebutkan bahwa di Indonesia 1 koleksi untuk sekitar 11 orang.
“Ini merupakan angka yang jauh dari ideal,” jelasnya.
Untuk itu, AKH. Jazuli kembali menegaskan pentingnya dalam mengupayakan gerakan minat baca di tengah-tengah masyarakat. Termasuk dalam mengupayakan ketersediaan bacaan untuk masyarakat dalam jumlah ideal.
“Tentu hal ini menjadi kesempatan kita bersama untuk terus mempertahankan dan meningkatkan kegemaran membaca dan menulis kita. Termasuk hal kecukupan koleksinya. Sehingga masyarakat kita berkembang menjadi masyarakat memiliki budaya literasi yang tinggi,” pungkasnya.
Dikesempatan yang sama juga diberikan secara simbolis bantuan web layanan perpustakaan digital kepada JTV, TBM Komet Wage Asri Sidoarjo, Universitas NU Surabaya, Universitas Surabaya, BKD Prov. Jatim, SMA 1 Petra Surabaya, SMK PGRI 1 Ngawi dan SMAN 1 Pacitan yang merupakan hasil kolaborasi Disperpusip Jatim dengan IKAPI Jatim. Selain itu juga dilaunching program Inkubator Literasi Pustaka Nasional (ILPN) kolaborasi antara Perpusnas Press bersama Disperpusip Jatim.(***)