Naskah kuno merupakan bagian penting dari sejarah intelektual dan spiritual Nusantara. Di dalamnya tersimpan khazanah keislaman, ajaran moral, tafsir, fikih, tasawuf, sejarah lokal, hingga catatan sosial masyarakat. Banyak di antara naskah tersebut tersimpan di pondok-pondok pesantren, khususnya di Jawa Timur, yang sejak berabad-abad menjadi pusat transmisi ilmu keagamaan. Namun, arus modernisasi, kerusakan fisik naskah, dan kurangnya perhatian generasi baru membuat keberadaan naskah kuno semakin terancam. Di sinilah alih media—terutama digitalisasi—menjadi upaya penting untuk menyelamatkan, mendokumentasikan, dan menyebarluaskan kembali warisan intelektual tersebut.
Untuk program kegiatan alih media yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur kali ini di Pondok Pesantren Miftahul Falah Kabupaten Malang. Terdapat beberapa naskah kuno yang belum tersentuh digitalisasi dan perlu dilestarikan agar terekam semua informasi yang terkandung didalamnya.
Pondok Pesantren Miftahul Falah, yang terletak di Dusun Bungkuk, Desa Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, merupakan salah satu pesantren tua yang memiliki akar historis panjang dalam perkembangan Islam di wilayah Malang Raya. Dikenal pula dengan sebutan “Pondok Bungkuk”, pesantren ini berdiri dari tradisi keilmuan para ulama yang telah berperan menyebarkan ajaran Islam sejak abad ke-18. Keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari figur Kiai Hamimuddin dan penerusnya, Kiai Mohammad Thohir, yang membangun pondok ini sebagai pusat dakwah dan pendidikan agama bagi masyarakat sekitar.
Secara historis, pesantren ini tumbuh dari sebuah langgar sederhana di tengah kawasan pedesaan yang masih berupa hutan. Perlahan, tempat belajar itu menjelma menjadi pusat pendidikan salafiyah yang menekankan pengajaran kitab kuning, fikih, akidah, tasawuf, serta tradisi keilmuan pesantren Nusantara. Selain itu, pesantren ini juga dikenal berdekatan dengan Masjid At-Thohiriyah—atau Masjid Bungkuk—yang diyakini sebagai salah satu masjid tertua di Malang, menjadi saksi perjalanan dakwah para kiai masa lalu.
Dalam konteks sosial, Miftahul Falah tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal. Pesantren ini telah menjadi pusat pembentukan karakter, tempat masyarakat berkonsultasi, serta ruang belajar spiritual bagi generasi dari waktu ke waktu. Relasi sosial antara pesantren dengan warga sekitar menciptakan ekosistem yang saling mendukung, menjadikan pesantren sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Desa Pagentan.
Meski sederhana, Pondok Pesantren Miftahul Falah tetap mempertahankan tradisi, keikhlasan, dan nilai-nilai klasik pesantren. Di tengah arus modernisasi, keberadaannya menjadi pengingat bahwa warisan keilmuan Islam tidak hanya bertahan melalui gedung megah, tetapi melalui keteladanan, kesederhanaan, dan kesinambungan tradisi yang dijaga dengan penuh dedikasi oleh para kiai dan santri.
Jawa Timur merupakan salah satu wilayah dengan jumlah pesantren terbesar di Indonesia, dan banyak di antaranya berusia ratusan tahun. Pesantren tua seperti Tebuireng, Sidogiri, Bungkuk, Lirboyo, Paciran, hingga pesantren kecil di desa-desa terpencil, menyimpan naskah kuno hasil tulisan para kiai terdahulu. Koleksi tersebut sering berupa: Kitab klasik beraksara Arab dan Pegon, hasil salinan tangan santri. Risalah dan khazanah lokal, seperti manaqib, doa, hizib, dan catatan sejarah pesantren. Syarah dan catatan pinggir yang ditulis kiai untuk generasi berikutnya. Manuskrip ajaran tasawuf, termasuk suluk atau catatan perjalanan spiritual.
Sayangnya, sebagian besar naskah itu tersimpan dalam kondisi sederhana di lemari kayu, kotak, atau bahkan hanya dibungkus kain, tanpa perawatan konservatif. Faktor lingkungan seperti kelembapan, rayap, atau tinta yang memudar membuat naskah kuno rentan rusak dan tidak dapat lagi dibaca dalam beberapa dekade ke depan.
Karena itu, alih media hadir sebagai solusi penting untuk menyelamatkan isi naskah, sekaligus membuka akses bagi generasi akademisi dan santri di masa sekarang.
Alih media naskah kuno di pesantren Jawa Timur merupakan langkah penting untuk melindungi warisan intelektual Islam Nusantara. Melalui digitalisasi, transliterasi, dan pengkatalogan modern, pesantren dapat menjaga ajaran, sejarah, dan nilai para kiai terdahulu agar tetap hidup dan dapat diakses generasi muda. Di tengah modernisasi yang cepat, pelestarian naskah bukan hanya upaya akademis, tetapi juga perwujudan penghormatan terhadap perjalanan panjang keilmuan pesantren dan kontribusinya dalam membentuk budaya religius di Jawa Timur. Pelestarian naskah kuno melalui alih media adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tanpa upaya ini, kita berisiko kehilangan bagian penting dari jati diri keilmuan dan spiritual bangsa. (*nad)








