Terus Bangun Literasi, Jatim Peringkat Tiga Besar Nasional Tingkat Kegemaran Membaca

SURABAYA, 7 NOVEMBER 2025 – Provinsi Jawa Timur berada diperingkat ketiga nasional dalam hal tingkat kegemaran membaca (TKM) nya. Skornya sebesar 77,15 dengan jumlah buku yang dibaca pertriwulan 5-6. Sedang posisi pertama dan kedua ditempati DI Yogyakarta dengan skor 79,99 dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan skor 77,47.

Data tersebut dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk “Tingkat Kegemaran Membaca Masyarakat dan Unsur Penyusunannya Menurut Provinsi di Tahun 2024”. BPS mengeluarkan skor tersebut setelah diperbaharui pada 24 Pebruari 2025 dengan kriteria tingkat kegemaran membaca, durasi membaca, hingga jumlah buku yang dibaca.

Mengetahui peringkat tersebut, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Jatim, Ir. Tiat S. Suwardi, MSi menyampaikan terima kasih dan bersyukur.

“Alhamdulillah bahwa Jawa Timur masuk sepuluh besar dan bahkan masuk diperingkat ketiga nasional terhadap tingkat kegemaran membacanya,” kata Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Jatim, Ir. Tiat S. Suwardi, MSi di kantornya di Jl. Menur Pumpungan 32 Surabaya, Jumat (7/11/2025).

Menurut Tiat, posisi ketiga tingkat kegemaran membaca di Jatim menjadi tren positif. Mengingat masyarakat Jatim mulai gemar membaca di berbagai kalangan.

“Ini menjadi kabar yang luar biasa. Ini semua berkat kerja keras semua pihak, utamanya semua dinas perpustakaan kabupaten dan kota di Jatim, serta semua stakeholder dan pegiat literasi,” jelasnya.

Menyangkut pentingnya TKM di sebuah daerah, Tiat mengatakan bahwa salah satu tujuannya yakni untuk mengetahui seberapa besar budaya baca dengan melihat tingkat gemar membaca warganya.

“Disamping itu dilihat juga soal faktor perilaku membaca masyarakatnya, perilaku masyarakat dalam memanfaatkan perpustakaan serta dampak membacanya,” tuturnya.

Sehingga, sebut Tiat, dengan meningkatnya TKM Jatim berimbas pada aspek indeks pembangunan literasi masyarakat (IPLM) nya. Indikator yang dinilai yakni seputar pemerataan layanan, ketercukupan koleksi, ketercukupan tenaga perpustakaan, tingkat kunjungan masyarakat per hari, pembinaan perpustakaan, keterlibatan masyarakat dalam sosialisasi serta keanggotaan.

“Kami terus menggiatkan layanan terpadu perpustakaan desa, sekolah, Lapas (lembaga pemasyarakatan) serta OPD di Pemprov Jatim dengan memberikan layanan pinjaman buku. Sampai saat ini sudah sekitar 6.336 buku lebih yang kita sebarkan untuk dimanfaatkan masyarakat,” jelasnya.

Selain itu, lembaga yang ia pimpin juga rutin mendekatkan diri kepada para siswa lewat kunjungan mobil perpustakaan keliling (MPK), dongeng keliling (dollen), Tur Keliling Perpustakaan (Tulip) dan podcast literasi. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memfasilitasi anak-anak dalam membaca buku serta pemahaman tentang literasi secara luas.

“Ini yang kami harapkan agar sejak dini mereka menyukai buku. Agar mereka juga tidak mainan gadget saja, Kami juga menjangkau masyarakat melalui media sosial yang kita miliki” jelasnya.

“Termasuk komunitas dan desa kelurahan juga kita lakukan pembinaan. Kami juga rutin menggelar lomba dan kreativitas dalam membangkitkan semangat masyarakat untuk mengembangkan literasi di tengah-tengah masyarakat,” imbuhnya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga selalu berkoordinasi dan terus membina perpustakaan yang ada di kabupaten/kota serta perpustakaan perguruan tinggi dan sekolah. Disperpusip Jatim juga melakukan pelestarian dan pengembangan perpustakaan.

“Kami juga melestarikan manuskrip-manuskrip kuno yang ada di masyarakat. Tujuannya untuk melestarikan kandungan yang tertulis dalam manuskrip karya anak bangsa dalam membangun peradaban yang luar biasa,” terangnya.

Sementara menyangkut budaya baca yang terus dibangun di Jatim, Tiat menuturkan kalau hal tersebut memerlukan efforts yang cukup besar. Semua membutuhkan proses yang panjang.

“Ini sangat membutuhkan kegigihan kita bersama dan butuh waktu untuk berkembang menjadi budaya. Dan itu tidak bisa instant. Sebuah budaya dibutuhkan adanya perilaku yang intens. Sebelum menjadi sebuah perilaku diperlukan minat atau ketertarikan. Dan ini dibutuhkan proses,” urainya.

Tantangannya, sebut Tiat, yakni masyarakat saat ini sudah pandai mencari, mengevaluasi dan merefleksikan informasi melalui teknologi informasi seperti gadget. Yang jadi persoalan, yakni masyarakat saat ini dinilai masih lemah dalam memahami informasi.

“Ini yang butuh untuk kita dorong. Agar apa? Agar terbentuknya keterampilan berpikir kritis. Agar tidak termakan informasi bohong atau hoaks,” jelasnya.

Sehingga, ketika masyarakat sudah mampu berpikir kritis maka mereka akan mampu memperkaya pengetahuan, mengasah kemampuan analisisnya, meningkatkan kreativitasnya dan empati serta menguatkan fondasi kewarganegaraan.

“Inilah tujuan penting dari masyarakat yang berliterad. Sehingga semua akan dapat semakin cerdas untuk membangun kemajuan diri dan bangsanya,” pungkasnya.

Sementara itu, peringkat sepuluh besar TKM sesuai data yang dirilis BPS yakni, pertama DI Yogyakarta (79,99) dengan jumlah buku yang dibaca per triwulan 5-6. Kedua, Kepulauan Bangka Belitung (77,47) dengan jumlah buku yang dibaca per triwulan 5-6. Ketiga, Jawa Timur (77,15) dengan jumlah buku yang dibaca per triwulan 5-6. Keempat, Jawa Barat (75,07) dengan jumlah buku yang dibaca per triwulan 5-6. Kelima, Kalimantan Selatan (74,63) dengan jumlah buku yang dibaca per triwulan 5-6. Keenam, Sulawesi Selatan (74,46) dengan jumlah buku yang dibaca per triwulan 5-6. Ketujuh, Jawa Tengah (73,91) dengan jumlah buku yang dibaca per triwulan: 5-6.

Kedelapan, Kepulauan Riau (73,69) dengan jumlah buku yang dibaca per triwulan 3-4. Kesembilan, Sumatera Barat (73,30) dengan jumlah buku yang dibaca per triwulan 3-4. Dan kesepuluh, Kalimantan Utara (72,80) dengan jumlah buku yang dibaca per triwulan 3-4. Untuk skala nasional berada pada skor 72,44. Adapun untuk ILPM, Jatim berada diperingkat keenam dengan skor 78,60. Sedang skala nasional masih berada pada skor 73,52. Sehingga, IPLM Jatim masih berada pada posisi diatas nasional.(*)

Leave a Comment