Aktualisasi Diri Remaja Melalui Aktivitas Membaca dan Perpustakaan

Rabu, 28 Agustus 2024 — Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan diskusi mengenai peran aktivitas membaca dan perpustakaan dalam aktualisasi diri remaja. Bertempat di Ruang Inkubator Literasi, acara yang merupakan episode ke-136 dari seri “Bahasa ‘Bahas Apa Saja'” ini menghadirkan berbagai pemikiran dan solusi untuk meningkatkan minat baca di kalangan remaja.

Peran Aktivitas Membaca dalam Aktualisasi Diri

Diskusi dibuka oleh Muhamad Arif Widodo, Kabid Pelayanan Perpustakaan dan Informasi, yang menjelaskan teori kebutuhan Abraham Maslow. Menurut Maslow, aktualisasi diri adalah kebutuhan tertinggi setelah kebutuhan dasar, keamanan, sosial, dan penghargaan. Dalam konteks ini, membaca bukan hanya memenuhi kebutuhan pengetahuan tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk mencapai aktualisasi diri bagi remaja.

Tantangan Minat Baca di Indonesia

Laksmi Mutiara, Book Content Creator dari @rasi.buku, memaparkan data mengejutkan tentang rendahnya minat baca di Indonesia. Menurut UNESCO (2020), hanya 0,001% dari masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca yang tinggi. Hal ini diperparah dengan peringkat Indonesia yang sangat rendah dalam laporan World’s Most Literate Nations Ranked (2016), di mana Indonesia berada di posisi ke-60 dari 61 negara. Padahal, infrastruktur untuk mendukung literasi di Indonesia dinilai lebih baik daripada banyak negara Eropa.

Beberapa faktor penyebab rendahnya minat baca meliputi:

  • Motivasi dan kesadaran diri yang minim
  • Preferensi yang lebih tinggi terhadap gadget
  • Lingkungan yang kurang mendukung
  • Akses bacaan yang terbatas
  • Harga buku yang relatif mahal

Upaya Meningkatkan Minat Membaca Remaja

Dalam sesi ini, Laksmi Mutiara mengemukakan beberapa solusi untuk meningkatkan minat baca di kalangan remaja:

  • Tema Bacaan yang Sesuai Minat: Menyesuaikan tema bacaan dengan minat remaja untuk menarik perhatian mereka.
  • Bacaan Digital: Memanfaatkan aplikasi dan platform digital seperti iPusnas, Gramedia Digital, Kindle, Kobo, dan Boox.
  • Konten Literasi: Menonton dan membuat konten terkait buku dan literasi, serta mengelola akun buku di media sosial (bookstagram) untuk membangun komunitas pembaca.
  • Digitalisasi Perpustakaan: Mendorong perpustakaan untuk beralih ke format digital untuk menarik minat remaja.

Diskusi dan Tanya Jawab

Dalam sesi tanya jawab, beberapa poin penting dibahas:

  1. Menumbuhkan Ketertarikan ke Perpustakaan: Orang tua dan guru berperan penting dalam mengenalkan perpustakaan kepada anak-anak. Program studi tour dan informasi melalui media sosial dapat membantu menarik minat remaja.
  2. Konten Edukasi untuk Anak SD: Konten edukasi yang sesuai dengan usia dan perspektif anak-anak sangat menarik bagi mereka.
  3. Membuat Konten Populer: Fokus pada kualitas konten yang memberikan nilai jangka panjang lebih penting daripada mengejar jumlah view.
  4. Tips Memulai Membaca: Memberikan tugas akademik yang melibatkan membaca dapat memotivasi remaja, asalkan disesuaikan dengan minat mereka.
  5. Memfilter Bahan Bacaan dari Wattpad: Ikuti bahan bacaan tersebut untuk memastikan konten yang sesuai dengan usia anak.

Penutup

Diskusi ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana membaca dan perpustakaan dapat berperan penting dalam perkembangan remaja. Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat mengatasi tantangan rendahnya minat baca dan memanfaatkan literasi sebagai alat untuk mencapai aktualisasi diri bagi generasi mendatang. Melalui upaya bersama, kita dapat menciptakan budaya baca yang lebih kuat dan menyenangkan di Indonesia.

Leave a Comment