Sensasi Batch 2 Sesi 1 merupakan pembukaan dari rangkaian seri-seri yang akan dating. Batch 2 ini merupakan lanjutan dari batch 1 yang dikhususkan dari pengelola Perpustakaan Sekolah Tingkat SMP/MTs . Pada Batch 2 ini direncanakan 5 pertemuan atau seri yang menghadirkan tema yang berbeda di tiap seri.
Batch 2 Seri 1 kali ini menghadirkan pakar di bidang perpustakaan yaitu narasumber pertama dengan Bapak Melkion Donald, S.Pd. M.Hum dan narasumber 2 dengan Bapak Muhamad Arif W., S.T., M.SE. serta dipandu oleh Dian Kusumawati, S.Ptk. pada materi Bapak Bapak Melkion Donald, S.Pd. M.Hum menampilkan materi kebijakan pengembangan bahan perpustakaan, sedangkan narasumber kedua menghadirkan materi kebijakan pelayanan perpustakaan sekolah.
Pada pembukaan Batch 2 seri 1 sendiri diikuti oleh diikuti oleh 248 peserta pengelola dan pustakawan Tingkat SMP/MTs dari penjuru Jawa Timur dan dimulai tepat jam 09.00 WIB. Pada acar kali ini setiap narasumber diberi waktu 30 menit materi dan 30 menit kedua diperuntukan untuk diskusi untuk setiap narasumber.
Melkion Donald, S.Pd. M.Hum selaku kepala Bidang Deposit, Penge,bangan, dan Pelestarian Bahan Perpustakaan Disperpusip Provinsi Jatim menampilkan materi kebijakan pengembangan bahan perpustakaan. Pada materi ini Melkion Donald menyampaikan bahwa kebijakan pengembangan koleksi merupakan serangkaian keputusan atau ketentuan teknis yang ditetapkan untuk pengembangan koleksi.
“perpustakaan sebagai organisasi, yang hidup dan berkembang bukan hanya sekedar ruang dan institusi yang tak terpisahkan dari pemustaka harus mampu menjawab dan keinginan setiap pemustaka di setiap zaman.” Ungkap Melkion Donald, S.Pd. M.Hum.
Dalam perpustakaan sekolah harus memenuhi standar wajib koleksi yang berada di perpustakaan. Koleksi yang umum ada di perpustakaan sekolah antara lain buku teks (buku wajib), buku penunjang; buku pengayaan, buku popular (umum), serta buku rujukan (referens). Pada pengembanagn koleksi khususnya di pepruatakaan sekolah Melkion Donald, S.Pd. M.Hum. menyampaikan setiap zaman akan berbeda keperluannya dalam setiap perpustakaan.
“Menurut Saya, dulu koleksi harry potter sangat bagus, tetapi Ketika Saya tanyakan kepada anak saya yang masih SMP ternyata tidak tertarik siapa harry potter dan lebih tertarik pada koleksi lain” jawab Melkion Donald, S.Pd. M.Hum. dalam sesi diskusi.
Dalam sesi tanya jawab pada materi kebijakan pengembangan koleksi sendiri terdapat 6 pertanyaan, salah satunya dari Rahmawati dari UPTD SMPN 2 Tanah Merah. Pertanyaan Ibu Rahmawati menanyakan tentang video pembelajaran yang dimiliki guru mata pelajaran apakah dapat dijadikan koleksi dalam perpustakaan. Menurut Melkion Donald, S.Pd. M.Hum. video pembelajaran, maupun karya siswa dapat dijadikan koleksi perpustakaan sekolah. Hal ini sejalan bahwa setiap perpustakaan wajib melestarikan local konten yang dihasilkan oleh masyarakat dalam konteks ini adalah perpustakaan.
Untuk sesi 2 pada seri ini narasumber kedua yaitu Bapak Muhammad Arif W., S.T., M.SE. selaku kepala Bidang Pelayanan Perpustakaan dan Informasi (PPI) Disperpusip Prov Jatim menyampaikan materi kebijakan pelayanan perpustakaan sekolah.
Hakikat layanan perpustakaan merupakan pemberian informasi kepada pemustaka perpustakaan tentang bentuk informasi yang dibutuhkan pemakai perpustakaan, dan sarana penelusuran informasi yang tersedia di perpustakaan yang merujuk pada keberadaan sebuah informasi. Selain itu tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah sebagai pengajaran sekolah ,sebagai panduan bagi peserta didik, . Penyediaan sumber daya materi pelajaran, dan sebagai pengembangan keterampilan.
“pelayanan perpustakaan harus adaptif terhadap perkembangan zaman dan teknologi, perpustakaan tidak harus tempat membaca tetapi sebagai pusat kegiatan dan keterampilan peserta didik guna menarik agar datang ke perpustakaan” ungkap Muhamad Arif W.
Dalam sesi tanya jawab sesi 2 ada 5 (lima) pertanyaan salah satunya adalah dari bapak Agus yang menanyakan tentang cara menghadapi perilaku siswa yang lebih cenderung memanfaatkan gadget sebagai media mencari informasi daripada berkunjung ke perpustakaan untuk membaca. Sedangkan jawaban Bapak arif bahwa pelayanan perpustakaan harus berkolaborasi dengan banyak pihak dan mampu membaca peluang keinginan siswa di sekolah tersebut, sebagai contoh dengan nonton bareng film, membuat komunitas yang menggunakan ruang perpustakaan, dan sebagainya. (*wdp)