Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Jatim kembali menerima bantuan peralatan preservasi dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI. Bantuan berupa alat kerja konservasi naskah kuno berupa toolset bag lining and mending serta toolset bag library binding serta peralatan alih media berupa Czur ET 18 pro dan Scanner Aura Pro senilai Rp. 55 juta itu diserahkan secara simbolis dari Kepala Pusat Preservasi dan Alih media Perpusnas RI, Dra. Made Ayu Wirayati, M.I.Kom kepada Kepala Disperpusip Jatim, Ir. Tiat S. Suwardi di sela-sela peresmian program Literacy Eco Green for Education Natural Development (LEGEND) berbasis Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) di Kantor Disperpusip Provinsi Jatim, Jl. Menur Pumpungan 32 Surabaya, Senin (15/5).
Ikut menyaksikan penyerahan tersebut yakni Sekdaprov Jatim Adhy Karyono, Asisten Administrasi Umum Setdaprov Jatim Dr. AKH. Jazuli, Pustakawan Utama (Pustama) Abimanyu, Supratomo, Sudjono, Soekaryo, beberapa pejabat PT. Petrogas serta pejabat struktural di lingkungan Disperpusip Jatim.
Selain memberikan bantuan alat-alat preservasi, Disperpusip Jatim juga mendapat bantuan bimbingan teknis soal pelestarian bahan perpustakaan yang digelar selama dua hari, mulai 15 – 16 Mei 2023.
Kepala Disperpusip Jatim Ir. Tiat S. Suwardi, MSi menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi bantuan yang diberikan Perpusnas RI. Dirinya berharap, bantuan tersebut dapat mempercepat pelestarian naskah kuno yang ada di Jawa Timur.
“Mudah-mudahan dengan upaya ini kita dapat terus melakukan berbagai sinkronisasi dan kerjasama dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan perpustakaan kepada masyarakat. Kami akan terus gencarkan pelestarian naskah kuno di masyarakat,” ujarnya.
Menurut Tiat, khazanah budaya bangsa hasil olah pikir para leluhur, berisikan pengetahuan, gagasan, karya sastra, sejarah berupa naskah kuno sangat penting untuk dilestarikan. Alasannya karena kandungan kearifan lokal yang ada dalam naskah kuno dapat menjadi alternatif solusi yang relevan untuk menyelesaikan masalah krusial yang dihadapi di masa kini.
“Seperti masalah agama dan kerukunan, pangan dan pertanian, gender, kesehatan dan pengobatan, hukum adat, arsitektur dan pemukiman, seni dan teknologi hingga kemampuan literasi informasi,” terangnya.
Sampai saat ini, sebut Tiat, Disperpusip Jatim sudah melakukan pengalihmediaan naskah kuno sebanyak 230 naskah. Naskah-naskah tersebut diperoleh dari hasil hunting di masyarakat.
“Dari hasil itu sebanyak 12 naskah kuno sudah kita alihaksarakan dan 4 naskah kita dialihbahasakan,” jelasnya.
Meski masih tahap awal, Tiat kembali menegaskan, bahwa Disperpusip Jatim akan terus belajar untuk meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana. Utamanya soal sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki.
“SDM juga masih baru mulai belajar cara konservasi misalnya melalui pembuatan box penyimpan naskah yang memenuhi syarat. Kita juga belum memiliki tenaga filolog,” katanya.
Untuk itu, dirinya mengapresiasi Perpusnas RI yang telah membantu memberikan alat-alat preservasi pelestarian naskah kuno nusantara di Jatim.
“Dengan adanya peralatan dan bimbingan teknis ini, Mudah-mudahan kegiatan identifikasi, pendataan, perlindungan, pelestarian dan penyimpanan naskah kuno di Jatim semakin berkembang,” jelasnya.
“Sehingga lebih banyak naskah kuno yang dilindungi, dilestarikan dan dimanfaatkan untuk kebaikan bersama,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Preservasi dan Alih Media Perpusnas RI, Dra. Made Ayu Wirayati, M.I.Kom mengatakan, bantuan alat-alat preservasi tersebut merupakan terobosan baru yang dilakukan Perpusnas RI dalam upaya mensinergikan terhadap pelestarian warisan budaya nusantara, termasuk yang ada di Jatim.
“Selain alat yang sederhananya digunakan untuk menambal, menyambung dan digitalisasi tersebut juga berupa bimbingan oleh tim kami,” ujar Made Ayu Wirayati.
Menurut Made, dalam upaya melestarikan naskah kuno sebagai warisan nusantara bukan tanggungjawab Perpusnas RI saja. Tetapi, upaya tersebut wajib dilakukan oleh pemerintah provinsi serta kabupaten/kota, termasuk masyarakat juga.
“Karena apa? karena banyak naskah kuno sebagai warisan leluhur kondisinya sangat memprihatinkan. Bahkan banyak yang hancur, musnah dan bahkan hilang serta berpindah tangan ke negara lain,” katanya.
“Kita tidak berharap anak cucu kita mencari literatur ke negara lain untuk pengembangan pengetahuan mereka,” tambahnya.
Masih menurut Made, sesuai grand desain pelestarian naskah kuno yang ada di Perpusnas RI, sampai saat ini terdata sebanyak 82.158 naskah. Dari jumlah tersebut saat ini masih tercatat sebanyak 19 ribu eksemplar atau sekitar 24 persen yang baru diselamatkan.
“Melihat kondisi tersebut kami berpacu dengan waktu. Karena usia naskah kuno itu 50 tahun. Apalagi iklim tropis yang ada di Indonesia memperburuk naskah kuno kalau tidak segera kita tangani dan kita selamatkan,” terangnya.
Sementara soal kurangnya sarana dan prasarana serta SDM dan anggaran yang ada di pemerintah daerah, dirinya menyampaikan bahwa melalui program tersebut diharapkan dapat mempercepat pelestarian naskah kuno nusantara. Sebagai daerah percontohan (pilot project), Perpusnas RI menetapkan Jawa Timur bersama Jawa Tengah untuk mendapatkan bantuan peralatan preservasi. Penetapan tersebut diberikan karena kedua provinsi tersebut dinilai sebagai daerah yang sangat intens dalam melakukan preservasi naskah kuno.
“Ini untuk mempermudah koleksi naskah kuno kita yang tersebar di masyarakat. Target yang kita harapkan, setiap daerah yang mendapatkan bantuan wajib melaporkan 50 naskah kuno yang ada di masyarakat untuk disampaikan kepada kami,” pungkasnya. (*wrg)