Program BAHASA, “Bahas Apa Saja” merupakan program yang dibentuk Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur sebagai wadah bimbingan literasi untuk masyarakat yang dituangkan dalam bentuk talkshow. Program ini kembali hadir secara online pada hari Rabu, 25 Januari 2023 dengan topik pembahasan yang tidak kalah seru dari minggu-minggu sebelumnya.
Pada pertemuan kali ini, 25 Januari 2023, tim BAHASA menghadirkan 2 narasumber, Nurfitria Pratiwi (Co-Founder Profound Advisory) dan Cicilia Erna Susilawati (Dosen Universitas Katolik Widya Mandala) serta dimoderatori oleh Richa Trifenna EA, salah satu pustakawan di Disperpusip Jatim.
Pada tahun 2022 topik resesi global menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat karena dianggap sebagai ancaman untuk kesejahteraan hidup. Oleh karena itu, program BAHASA mengangkat topik mengenai “Perencanaan Finansial ditengah Ancaman Resesi Global”. Ibu Cicilia Erna Susilawati atau kerap disapa Ibu Erna menjelaskan bahwasanya resesi terjadi akibat inflasi tinggi yang dipicu dengan naiknya harga pangan dan energi sehingga pertumbuhan ekonomipun menjadi terganggu. Hal tersebut berdampak pada daya beli masyarakat yang menurun, angka pengangguran yang meningkat, dan banyaknya usaha yang bangkrut sehingga menimbulkan PHK serta membuat pendapatan negara berkurang.
Ibu Erna juga menjelaskan untuk tidak perlu terlalu khawatir akan terjadinya resesi global karena melihat data survey yang dirilis Bloomberg, Indonesia berada di peringkat ke-14 dengan presentasi 3% dari negara yang berpotensi mengalami resesi. Angka tersebut dianggap kecil karena melihat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif berkembang dan naik tetapi tidak menutup kemungkinan resesi tetap akan terjadi.
Dalam topik pembahasan tersebut, Ibu Erna memberikan solusi dalam menghadapi resesi, yaitu dengan cara mengurangi pengeluaran yang tidak mendesak, mengurangi pinjaman, mengembangkan bisnis dalam komunitas, menambah dana darurat, serta mencari pekerjaan sampingan untuk pemasukan tambahan. Dari beberapa solusi tersebut, masyarakat juga harus sadar bahwa manajemen keuangan dan mengetahui prioritas perlu dilakukan.
Ibu Nurfitria Pratiwi (Ibu Tiwi) sebagai profesional di bidang keuangan memberi contoh kasus seperti, “Miliarder Tuban harus menjual ternaknya hanya untuk makan” dan “Petinju yang pernah jaya di masanya Evander Holyfield, menjual rumahnya untuk menghidupi anak istrinya”, kira-kira apa yang salah?
“Kaya raya pada masanya tapi bangkrut saat masa akhir karirnya’” kata Ibu Tiwi menambahkan. Menurut Ibu Tiwi keuangan sehat itu bukan yang banyak uang tapi yang bisa mengelola pemasukan dan pengeluaran dengan seimbang.
Adanya kasus tersebut menjelaskan bahwasanya sehat secara keuangan tidak hanya karena kekayaannya saja. Kasus-kasus tersebut sering terjadi karena literasi keuangan yang kurang, penggunaan uang kurang tepat sasaran, tidak memiliki tujuan keuangan, dan lifestyle yang terlanjur tinggi.
Ibu Tiwi juga memaparkan mengenai survei yang dilakukan oleh LIMRA terhadap 100 orang berusia 25 tahun hingga 100 tahun, terdapat 49% masyarakat mengandalkan anak, 29% meninggal dunia, 12% bangkrut, 5% masih bekerja, 4% keuangan mandiri, dan 1% kaya. Dari data tersebut, presentase masyarakat yang mengandalkan anaknya memiliki persentasi paling tinggi. Hal tersebut dapat menjadikan anak-anak tersebut menjadi generasi sandwich. Generasi ini rata-rata menjadi seseorang yang implusif dan bingung untuk mengatur keuangan. Oleh karena itu, manajemen keuangan dan mengetahui prioritas yang baik diperlukan untuk mengatur keuangan untuk jangka panjang.
Ibu Tiwi memberikan 6 tahapan yang dapat dilakukan untuk memulai manajemen keuangan, di antaranya yaitu:
Pertama, mengetahui kondisi financial dengan cara mengecek rasio aset, dana darurat yang dimiliki, polis asuransi tetap inforce, dan mengecek nilai dan bentuk investasi. Kedua, the basic triangle atau mengetahui cashflow dengan cara mencatat dan menghitung penghasilan keseluruhan dan pengeluaran keseluruhan hingga hasil dari keduanya dapat dikatakan sebagai cashflow. Ketiga, evaluasi profile resiko dengan mengetahui status pernikahan, penghasilan yang didapatkan, jumlah dan kondisi tanggungan, usia, jenis pekerjaan, dan pengalaman investasi. Pada tahap ini, setiap individu harus mengetahui goal dan tujuan keuangan. Keempat, hitung kebutuhan dan susun strategi dengan cara mengatur prioritas, budgeting (Needs, Goals, dan Lifestyle), mengetahui asuransi, dana pensiun, dan dana pendidikan. Kelima, pilih instrumen yang sesuai dengan cara memilih produk keuangan yang dapat berupa tabungan/deposito, obligasi, saham, atau reksadana. Keenam, monitor dan evaluasi setiap tahapan yang telah dilakukan dan bentuk strategi baru dalam mengatur keuangan.
Dalam menghadapi isu resesi 2023 ini bukan hanya masyarakat yang berperan, namun pemerintah juga ikut andil di dalamnya. Ibu Erna mengatakan bahwa, upaya pemerintah dalam menghadapi resesi tahun 2023 yaitu dengan berusaha menekan inflasi karena apabila inflasi mengalami penurunan maka harga barangpun ikut menurun. Pemerintah juga ikut mendukung dalam pembangunan UMKM, salah satunya dengan memberikan dana bantuan kepada masyarakat. Selain itu, adanya kerjasama-kerjasama yang dilakukan Indonesia seperti G30 di Bali juga mampu mendatangkan ekonomi yang lebih baik.(ekstensi)