SURABAYA, (2 NOVEMBER 2022) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak para pustakawan melakukan percepatan perubahan ekosistem digital di semua sektor. Ini penting, karena ekosistem digital saat ini merupakan sebuah keharusan bahkan di bulan November ini di bidang audio visual khususnya pertelevisian kita sudah masuk pada televisi digital.
“Saya ingin mengajak kita mempersambungkan proses literasi ekonomi, literasi digital, literasi finance bagi para pustakawan. Apalagi, predisi Jack MA tahun 2030, 80% ekonomi dunia backbone-nya UMKM. Dan 99% UMKM dunia akan masuk dunia online dan 85 % e- commerce,” ungkap Gubernur Khofifah saat membuka Kongres XV dan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) di Vasa Hotel, Surabaya, Selasa (1/11).
“Namun, tidak cukup secara online karena 85% UMKM akan membangun kluster melalui e-commerce, maka komunitas yang memungkinkan memberikan penguatan pada ekosistem digital salah satunya pustakawan menjadi sangat penting update berbagai dinamika ini. Dimana, ini sejalan dengan tema kongres XV IPI kali ini yaitu ‘Peran Pustakawan Dalam Ekosistem Digital Nasional’,” lanjutnya.
Kongres XV dan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) ini sendiri diikuti oleh 600 orang peserta yang merupakan pustakawan dari seluruh Indonesia.
Menurut Gubernur Khofifah, untuk menjadi bagian yang ikut membangun literasi digital pada proses UMKM, maka sekarang pelaku usaha sudah mulai bergerak berjualan secara online lebih masif. Untuk itu, perlu dilakukan perluasan persepsi masyarakat terhadap pasar. Membuka perspektif masyarakat tentang pasar dunia itu menjadi bagian yang harus diintegrasikan dengan faktor penguat lainnya.
“Maka tugas pustakawan hari ini dan yang akan datang bagaimana memunculkan sosok game changer (pengubah permainan) seperti Steve Jobs, Ellon Musk dan Mark Zuckerberg dalam skala lokal, regional, nasional bahkan global,” kata Khofifah.
Khofifah menambahkan, tugas pustakawan dalam menyongsong ekosistem digital tidaklah sederhana. Sebab, berdasarkan data Digital Civility Index (DCI), pengguna internet di Indonesia berada pada peringkat ke-29 atas tingkat ketidak sopanan berselancar pada media digital.
Karenanya, lanjut Khofifah penting dilakukan koreksi dan evaluasi bersama. Pasalnya dalam data pengguna internet tersebut disebutkan bahwa ada penambahan penyumbang ketidak sopanan tertinggi pada kelompok usia dewasa. Dari data-data tersebut diketahui bahwa ada kesopansantunan yang harus terus dijaga bersama.
“Dalam hal kesopansantunan bersosial media, maka tugas pustakawan tidak sederhana. Bukan hanya mengedukasi supaya gemar membaca, tapi mengedukasi untuk melakukan interaksi digital secara sopan,” tegas Khofifah.
Lebih lanjut menurut Khofifah ketidak santunan dalam bersosial media , hoaks, character assasination jika tidak dikendalikan bisa mengganggu persatuan, kesatuan, dan persaudaraan. Untuk itu, dalam kondisi ini pustakawan punya peran sangat signifikan untuk membangun kearifan dalam bertutur, dalam merespon dan mengedukasi masyarakat dengan penuh kesantuan.
Sementara itu Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando menyampaikan bahwa perpustakaan kedepannya harus melakukan transformasi digital. Salah satunya, bagaimana ekonomi mikro bisa di edukasi dengan mengantarkan kepada pasar internasional melalui online atau bahkan startup.
“Para pelaku usaha mikro bisa dimungkinan untuk membuka usaha dengan buku-buku ilmu terapan,” ujarnya
Selain itu, dirinya berharap perpustakaan kedepan juga harus menjadi konten kreator (influencer). Bahkan di akhir tahun ini, dirinya menargetkan lahirnya 3 juta konten kreator dari para pustakawan se-Indonesia.
Dirinya kemudian memaparkan bahwa kongres ini sengaja digelar di Jawa Timur untuk bisa menjadi panutan yang bisa ditiru dengan deretan prestasi dibingan perpustakaan dan kearsipan.
“Kami memilih Jawa Timur pertama karena memang komitmennya Ibu Gubernur terhadap perpustakaan luar biasa. Maka teman-teman dari daerah datang disini bukan hanya menghadiri kongres dan seminar ilmiah, tapi mereka akan lanjutkan dengan studi tiru pada beberapa keberhasilan di Jawa Timur untuk pengembangan perpustakaan,” tandasnya. (*wrg)