Menciptakan Milenial Generasi Damai

WhatsApp Image 2021-06-29 at 10.22.44
Judul Buku : Milenial Generasi Damai: Tentang Literasi, Milenial, dan Indonesia
Penerbit : Jakarta: Perpusnas Press, 2021
Cetakan : Pertama
Tebal buku : viii; 235 hal
Peresensi : Siti Fatimah, Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa  Timur

Generasi milenial di era ini menjadi generasi yang menjadi sorotan dengan segala aktivitasnya. Menurut data survei BPJS sepanjang bulan Februari-September 2020 menyebutkan generasi ini sebagai generasi terbanyak mencapai 69,90 juta jiwa atau 25, 87 persen (https://bisnis.tempo.co/). Jumlah penduduk terbesar kedua setelah generasi Z.  Dianggap juga generasi yang mulai mendominasi dan produktif  di dalam kancah percaturan global. Ada banyak harapan pada generasi ini sebagai penentu arah dan peran bangsa. Ilmu pengetahuan dan kemampuan terkini dengan perkembangan teknologi digital harus mampu dikuasai oleh generasi ini. 

Tetapi di masa pandemi covid-19 ini kesan generasi milenial maknanya peyoratif (merendahkan), karena mereka dianggap sebagai kaum rebahan, kaum mager (malas gerak), kaum langgas yang tidak bisa diatur dan dianggap  tidak melakukan apa-apa. Milenial disorot karena saat ini di Indonesia menjadi generasi yang produktif, lebih besar daripada generasi yang non-produktif.  Dengan kondisi yang demikian ini perlu dikondisikan menjadi generasi yang literat, maksudnya menjadi generasi yang cerdas kognitif, afektif dan psikomotoriknya, kritis pada segala hal, punya empati pada orang lain dan lingkungan sekitarnya. Mereka juga memiliki kreativitas, inovasi dan visi untuk memajukan diri, bangsa dan negaranya. Puncaknya mereka menjadi generasi-generasi pencipta perdamaian di dalam dan di luar dirinya.   

Buku ini sebagai salah satu upaya untuk menciptakan generasi milenial seperti yang diharapkan. Dengan membuat Kelas Literasi Damai yang menjaring para milenial untuk terlibat aktif dalam meningkatkan kapasitasnya di era digital. Yang menarik dari buku ini, peserta dari penulisan antologi ini adalah adanya pelatihan/ workshop secara daring yang dilakukan secara rutin selama kurang lebih empat bulan setiap akhir pekan menunjukkan keseriusan penyelenggara untuk mencetak generasi milenial yang benar-benar literat. Banyak materi literasi yang disampaikan dengan narasumber yang berkompeten di bidangnya. Sebutlah literasi kebangsaan, literasi keadilan gender, literasi parenting, literasi politik, literasi lingkungan dan kebencanaan, literasi perdamaian  dan literasi digital. Dan narasumber yang dihadirkan adalah Alissa Wahid (Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian),  Jaya Suprana (Budayawan), Alimatul Qibtiyah (Komnas Perempuan), Khalisah Khalid (Ketua Bidang Politik Walhi Nasional), Adi Prayitno ( Pengamat Politik), Mabrur Inwan, Milastri Muzakkar (Founder Generasi Literat), Tika Bisono (Psikolog), Haidar Bagir (Cendekiawan Muslim), Yosi Mokalu ( Ketua Siberkreasi), Irendra Rajawali ( CTO Inovator 4.0 Indonesia), Faqih Abdul Qadir (Founder Mubadalah.id), Musdah Mulia (Founder Mulia Raya Foundation), dan tokoh-tokoh penting  lainnya. 

Dan yang menarik lagi dari buku ini adalah diterbitkan oleh Perpusnas Press dan  diluncurkan pada saat memperingati HUT ke-41 Perpustakaan Nasional dengan tema Peluncuran dan Diskusi Buku dengan tema “ Menulis, Seni Menuangkan Ide,” yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2020. (ima)