Peran Perpustakaan di era pandemi tidak berubah. Perpustakaan tetap berperan untuk menciptakan masyakat yang literate, hanya bentuk penyampaian dan medianya yang berubah. Peran perpustakaan dapat dipandang dari dua sisi, yaitu :
1. Peran di back office terkait dengan keberadaan pustakawan dan staff pengelola perpustakaan.
2. Peran di front office terkait dengan masyarakat yang menjadi audiens dari perpustakaan.
Kegiatan di perpustakaan di masa pandemi tidak dapat dilakukan seperti pada umumnya (normal terdahulu). Meskipun saat ini new normal telah diterapkan namun apa yang akan diterapkan tentunya akan disesuaikan dengan kaidah-kaidah normal baru. Kaidah new normal seperti, mengenakan masker, wajib mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer, penyemprotan desinfektan rutin, jaga jarak minimal 1 meter sehingga kapasitas ruangan di perpustakaan akan lebih terbatas dan juga pembatasan kunjungan setiap harinya.
Pustakawan dan staff pengelola perpustakaan pada masa pandemi benar-benar dipaksa untuk berubah, pustakawan harus menyesuaikan dengan kondisi dimana tidak dapat melayani secara langsung atau tatap muka seperti yang dilakukan sebelum masa pandemi. Saat ini pustakawan berusaha untuk mentransformasikan pelayanan yang sebelumnya dilakukan secara langsung menjadi pelayanan daring seperti dongeng, seminar, workshop, pengembangan aplikasi, akreditasi perpustakaan, kepenulisan dan kegiatan lain, sehingga peran perpustakaan di front office yaitu peran untuk menciptakan masyarakat yang literate tetap dapat dirasakan.
Transformasi pelayanan offline menjadi pelayanan daring ini dilakukan karena sebagai pustakawan dan staff pengelola perpustakaan tetap harus mengembangkan diri demi menciptakan pelayanan terbaik untuk masyarakat walaupun masih terdapat banyak kekurangan. Pengembangan diri ini terkait dengan peran perpustakaan di back office yang terkait dengan pustakawan dan staff pengelola perpustakaan. (Lilis)